Myanmar Akhiri Operasi Militer terhadap Rohingya  

Reporter

Kamis, 16 Februari 2017 13:29 WIB

Sejumlah anak-anak muslim Rohingya mengikuti mambaca Al Quran di ruangan terbuka di kamp pengungsian Kutupalang, Cox's Bazar, Bangladesh, February 4, 2017. Lebih dari 1.1 juta muslim Rohingya mengalami hidup memprihatinkan, karena umat Buddha Myanmar menganggap mereka sebagai imigran ilegal. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, Yangoon - Militer Myanmar secara resmi telah mengakhiri operasi kontroversialnya terhadap minoritas muslim Rohingya di negara bagian Rakhine.

Seperti dilansir Channel News Asia, Kamis, 16 Februari 2017, operasi itu berakhir setelah empat bulan pencarian milisi Rohingya yang dituduh menewaskan sembilan polisi dalam serangan di pos keamanan dekat perbatasan Bangladesh.

Baca: Laporan PBB: Tentara Myanmar Bantai Anak Rohingya

"Situasi di Rakhine Utara kini telah stabil. Operasi pembersihan yang dilakukan militer telah berhenti, jam malam telah mereda, dan hanya ada polisi untuk menjaga perdamaian," kata penasihat keamanan nasional Thaung Tun dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kantor Penasihat Negara pada Rabu, 15 Februari.

Berbeda dengan pernyataan resmi, dua pejabat senior dari kantor Presiden Myanmar dan Departemen Penerangan menegaskan bahwa operasi militer di Rakhine Utara telah berakhir. Namun keduanya mengatakan kekuatan militer tetap dipertahankan di wilayah tersebut untuk menjaga "perdamaian dan keamanan".

Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 69 ribu warga Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh sejak operasi militer digelar pada Oktober lalu. Laporan PBB terbaru bahkan menuding militer Myanmar telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan pembersihan etnis terhadap warga Rohingya di Rakhine.

Kekerasan itu telah memperbarui kecaman internasional bahwa pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, tidak melakukan apa-apa untuk membantu minoritas muslim tersebut. Pemerintah, yang dipimpin pemenang Nobel Perdamaian, Suu Kyi, membantah hampir semua tuduhan pelanggaran HAM di Rakhine, termasuk pembunuhan massal dan pemerkosaan terhadap muslim Rohingya.

Militer dan polisi secara terpisah membentuk tim untuk menyelidiki dugaan kejahatan setelah Suu Kyi berjanji menyelidiki tuduhan PBB terkait dengan kekejaman terhadap minoritas muslim itu.

Pada pekan lalu, pejabat PBB menuding bahwa lebih dari seribu muslim Rohingya kemungkinan tewas akibat tindakan keras oleh militer. Menanggapi hal itu, juru bicara Presiden Myanmar mengatakan laporan terbaru dari komandan militer menyebutkan kurang dari seratus orang yang tewas dalam operasi melawan pemberontakan.

Muslim Rohingya menghadapi diskriminasi di Myanmar, negara dengan mayoritas penduduk beragama Buddha. Mereka dianggap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, yang tidak diakui kewarganegaraannya dan dibatasi haknya. Berjumlah sekitar 1,1 juta jiwa, mereka hidup dalam kondisi apartheid di barat laut Myanmar.

CHANNEL NEWSASIA | REUTERS | YON DEMA


Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

7 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

9 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

9 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

12 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

13 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

14 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

15 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya