Laporan PBB: Tentara Myanmar Bantai Anak Rohingya

Reporter

Sabtu, 4 Februari 2017 15:17 WIB

Foto kondisi desa Wa Peik, Maungdaw District, Myanmar, yang diambil dari satelit oleh DigitalGlobe pada 10 November 2016 dan dirilis oleh Human Rights Watch, 21 November, 2016. Muslim Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine telah menerima sejumlah kekerasan seperti, pemerkosaan, pembunuhan, penyiksaan, dan pembakaran rumah warga. REUTERS

TEMPO.CO,Jenewa—Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan mengerikan ihwal kebrutalan perlakuan tentara Myanmar terhadap warga Rohingya selama tiga bulan terakhir.


Seperti dilansir The Independent, Sabtu 4 Februari 2017, bayi berusia delapan bulan, anak berusia lima tahun dan enam tahun tewas digorok atau ditikam dengan pisau oleh tentara dalam operasi militer yang digelar Myanmar sejak 9 Oktober lalu.


Baca: Myanmar Tangkap Dalang Pembunuh Pengacara Muslim


Operasi militer ini terjadi wilayah mayoritas Rohingya di Negara Bagian Rakhine menyusul tewasnya sembilan polisi di pos pemeriksaan Rakhine.


Sekitar 200 warga Rohingya yang berhasil melarikan diri ke Bangladesh menuturkan kengerian ini kepada tim khusus PBB.


Advertising
Advertising

“Terjadi pembunuhan terhadap bayi, balita, anak-anak, perempuan dan warga lanjut usia, penembakan terhadap orang yang melarikan diri, pembakaran desa, pemerkosaan sistematis hingga perusakan bahan makanan,” demikian laporan yang disebut PBB “sangat mengerikan” saat dirilis pada Jumat lalu di Jenewa.


Seorang ibu menuturkan bagaimana anak perempuannya yang baru berusia lima tahun, digorok hingga tewas karena berusaha menghalangi tentara memperkosanya.


Sementara dalam kasus lain, seorang bayi juga tewas dibunuh saat lima tentara sedang beramai-ramai memperkosa ibunya.


Tak hanya pembunuhan keji, para tentara juga tega memperkosa para perempuan Rohingya, termasuk anak berusia 11 tahun dan seorang ibu yang tengah hamil sembilan bulan.


Kebrutalan tentara Myanmar tak berhenti sampai di situ.


Sejumlah saksi menceritakan bagaimana warga Budha setempat, yang datang bersama tentara Myanmar, mengunci satu keluarga Rohingya, termasuk orang lanjut usia dan orang dengan disabilitas, ke dalam sebuah rumah.


Kemudian mereka membakar rumah itu sehingga menewaskan seluruh keluarga yang terpanggang hidup-hidup.


Saat siksaan, perkosaan dan pembantaian itu berlangsung, para pelaku mengatakan hinaan seperti, “Apa yang bisa dilakukan Allah untuk membantumu? Lihat apa yang bisa kami lakukan padamu?”


Linnea Arvidsson, salah satu petugas PBB yang mewawancara para pengungsi Rohingya di Bangladesh dan menuliskan laporan ini, mengatakan kepada The Independent bahwa ia belum pernah mendengar “kebrutalan sekeji ini.”


“Perempuan dan pria dewasa tak kuasa menahan tangis karena kekejian yang luar biasa. Perempuan menangis karena diperkosa atau anak mereka dibunuh. Pria menangis karena rumah mereka dibakar dan tak bisa melindungi keluarga.”


Arvidsson menegaskan baru kali ini menemukan kejahatan dengan prevalensi sangat tinggi. “Saya mendengar cerita dari 204 orang, dari total 88 ribu warga Rohingya yang lari sejak Oktober. Bayangkan, berapa jumlah kejahatan yang terjadi.”


Komisioner Hak Asasi Manusia PBB, Zeid Ra'ad al-Hussein, kepada Reuters dari Jenewa mengatakan dirinya telah menelepon pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi.


“Setelah laporan ini keluar, saya mendesak pemerintah Myanamr untuk menghentikan oeprasi militer ini,” ujar Hussein. “Suu Kyi juga memberi tahu bahwa penyelidikan terkait laporan PBB telah dibuka.”


al-Hussein mengutuk kekejian ini dengan menyebut kejahatan terhadap anak-anak Rohingya “sangat tidak terbayangkan.”


“Bagaimana mungkin seorang pria menusuk bayi yang menangis meminta susu ibunya. Sementara ibunya menyaksikan kekejian ini saat sedang diperkosa beramai-ramai. Operasi keamanan macam apa yang dilakukan?”


Di Yangon, juru bicara presiden Myanmar, Zaw Htay, mengatakan bahwa tuduhan dalam laporan PBB tersebut adalah tuduhan sangat serius. “Kami sangat prihatin dan langsung melakukan penyelidikan yang akan dipimpin Wakil Presiden U Myint Swe.”


Zaw Htay mengatakan jika ada bukti bahwa tuduhan itu benar-benar terjadi, “Kami akan melakukan tindakan tegas.”


Myanmar, negara mayoritas Budha, berulang kali menolak tuduhan pelanggaran kemanusiaan terhadap warga minoritas Muslim Rohingya di Rakhine.


Sejak 9 Oktober lalu, sekitar 88 ribu warga Rohingya kabur ke Bangaldesh untuk menyelamatkan diri.


Pemerintah Myanmar kerap menyebut kesaksian para warga Rohingya sebagai propaganda. Bahkan menyebut kebrutalan polisi juga sering terjadi di berbagai negara di dunia.


THE INDEPENDENT | REUTERS | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI


Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

8 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

10 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

13 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

13 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

14 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

15 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

16 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya