Rakyat Mongolia Urun Uang dan Kuda Buat Bayar Utang Negara

Reporter

Editor

Natalia Santi

Jumat, 3 Februari 2017 23:01 WIB

Presiden Mongolia Elbegdorj Tsakhia (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri kedua), disambut tentara kehormatan di Genghis Khan Square, yang diambil dari nama pendiri Kekaisaran Mongol di abad ke-13, dalam upacara penyambutan di Ulan Bator, Mongolia, 3 September 2014 (AP Photo)

TEMPO.CO, Ulan Bator - Rakyat Mongolia menyumbangkan uang tunai, perhiasan, emas dan bahkan kuda-kuda mereka untuk membayar utang negara yang jatuh tempo pada Maret mendatang. Kampanye tersebut dilancarkan ekonom sekaligus anggota Parlemen Mongolia, B. Osorgarav sejak pekan lalu. “Dia menyatakan sumbangan telah diawali seorang anak berusia delapan tahun yang menyumbang 1.000 tugrik (sekitar Rp 5.500),” tulis situs berita Mongolia, UB Post, 2 Februari 2017.

Pemerintah Mongolia harus membayar tagihan obligasi Bank Pembangunan Mongolia sebesar US$ 580 juta (sekitar Rp 7,7 triliun), Maret mendatang. Namun, pemerintah tidak punya uang. Bank Pembangunan Asia memperkirakan pertumbuhan negara itu pada 2017, maksimal hanya bakal mencapai 1,7 persen.

Osorgarav sendiri juga merogoh koceknya sebesar 10 juta tugrik (sekitar Rp 54 juta), memberikan sepuluh kuda dan mencopot sebuah cincin emas yang dia kenakan saat konferensi pers 30 Januari 2017 lalu. Dia menyarankan agar jumlah sumbangan minimal dinaikkan sesuai dengan usia.

Misalnya, anak berumur sembilantahun menyumbangkan sembilan ribu tugrik (sekitar Rp 49 ribu), sedangkan 30 tahun menyumbang 22 ribu (sekitar Rp 119 ribu). Harapannya dengan cara itu bakal terkumpul dana 425 miliar tugrik (sekitar Rp 2,3 triliun).

Negeri itu tengah terpuruk dalam krisis ekonomi akibat jatuhnya investasi asing, melambatnya pertumbuhan Cina dan melemahnya harga komoditas. Nilai mata uang Mongolia, tugrik, merosot hampir seperempat dari nilainya tahun lalu.

Rakyat Mongolia juga terpukul oleh naiknya harga pangan dan bahan bakar, serta musim dingin yang buruk sehingga mengancam ternak-ternaknya. Namun kampanye Osorgarav berhasil mengetuk hati banyak orang. Meskipun tak sedikit pula yang mengkritiknya.

Perdana Menteri Mongolia Jargaltulga Erdenebat mengatakan dia tidak meminta rakyat untuk menyumbang uang tunai serta barang berharga lainnya. Tapi pemerintah tidak akan menolak bantuan tambahan. "Pemerintah tidak dapat melarang kampanye yang dijalankan rakyat," kata dia.

Ernedebat mengaku sudah menemukan solusi untuk pembayaran obligasi Maret mendatang. Sehingga donasi sukarela dari rakyat akan digunakan ke sektor-sektor lain seperti kesehatan, pendidikan dan mengurangi asap serta untuk infrastruktur publik.

Pengumpulan dana masyarakat untuk membayar utang pemerintah juga pernah dilakukan Korea Selatan pada krisis ekonomi 1997 dan 1998.

UB POST | REUTERS | FOREIGN POLICY | NATALIA SANTI

Berita terkait

Profil Genghis Khan, Penguasa Mongolia Yang Miliki Jutaan Keturunan Hingga Saat Ini

19 Agustus 2022

Profil Genghis Khan, Penguasa Mongolia Yang Miliki Jutaan Keturunan Hingga Saat Ini

Genghis Khan dikenal sebagai salah satu penguasa kekaisaran Mongolia tersukses. Berikut profil dan fakta uniknya.

Baca Selengkapnya

Karateka Ini Jadi Presiden Mongolia  

9 Juli 2017

Karateka Ini Jadi Presiden Mongolia  

Dia menang satu putaran mengalahkan ketua parlemen.

Baca Selengkapnya

Agus Yudhoyono Bicara Perdamaian di Mongolia

10 Juni 2017

Agus Yudhoyono Bicara Perdamaian di Mongolia

Agus Yudhoyono bicara tentang perdamaian di forum Junior Chamber International Asia Pacific di Mongolia.

Baca Selengkapnya

Cina Dukung Mongolia Bergabung di APEC  

9 November 2014

Cina Dukung Mongolia Bergabung di APEC  

Presiden Mongolia telah menemui Xi sebanyak lima kali sepanjang tahun ini.

Baca Selengkapnya

Perdagangkan Wanita Mongolia, Pria AS Ditahan  

30 Januari 2014

Perdagangkan Wanita Mongolia, Pria AS Ditahan  

Wanita Mongolia akan dikirim ke tempat prostitusi di Saipan, Pasifik Barat.

Baca Selengkapnya

Indonesia Mendukung Mongolia Menjadi Anggota APEC  

5 Oktober 2013

Indonesia Mendukung Mongolia Menjadi Anggota APEC  

Mongolia juga berencana membuka Kedutaan Besar di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Bekas Presiden Mongolia Dibui karena Korupsi

3 Agustus 2012

Bekas Presiden Mongolia Dibui karena Korupsi

Tiga tahun lebih ringan dari tuntutan jaksa.

Baca Selengkapnya

Asashoryu, Pesumo yang Ingin Menjadi Presiden Mongolia

26 Januari 2009

Asashoryu, Pesumo yang Ingin Menjadi Presiden Mongolia

Asashoryu, yang berusia 28 tahun, mengatakan rencananya di berkarir di olah raga Sumo sampai usianya menginjak 30 tahun. Selanjutnya, dia akan ikut dalam pemilihan Presiden Mongolia pada tahun 2012.

Baca Selengkapnya