AS Longgarakan Sanksi terhadap Intelijen Rusia

Reporter

Jumat, 3 Februari 2017 07:50 WIB

Dokumen yang menyatakan Donald Trump memiliki hubungan jauh dengan Rusia. buzzfeed.com

TEMPO.CO, Washington—Kementerian Keuangan Amerika Serikat melonggarkan sanksi terhadap Dinas Keamanan Federal Federasi Rusia (FSB).

Dalam pengumuman yang dilansir Reuters, Jumat 3 Febbruari 2017, Kementerian Keuangan mengizinkan sejumlah transaksi tertentu dengan FSB untuk melakukan impor, distribusi atau penggunaan produk-produk teknologi informasi tertentu di Rusia.

Baca: Serunya Perang Twitter J.K Rowling vs Pendukung Donald Trump

Presiden AS Donald Trump telah menyiratkan bahwa ia kemungkinan akan mencabut sanksi-sanksi terhadap Rusia jika Moskow terbukti membantu dalam memerangi teroris serta dalam upaya Amerika Serikat mencapai berbagai tujuan penting.

Namun, seperti dikutip Reuters dalam konferensi pers pekan ini, Trump menegaskan bahwa dirinya, “Tidak melonggarkan sanksi apa pun.”

Hal ini sejalan dengan penjelasan Kementerian Keuangan yang menyatakan bahwa pelonggaran sanksi ini telah dibahas sebelum Trump dilantik pada 20 Januari lalu.


"Banyak pihak yang meminta agar sanksi terhadap FSB dilonggarkan karena menghambat proses bisnis kedua negara," demikian pernyataan Kementerian Keuangan.

AS di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama menjatuhkan sanksi terhadap FSB terkait dugaan peretasan dalam proses pemilihan presiden AS tahun lalu.

Pada Desember lalu, Obama mengeluarkan sanksi terhadap dua lembaga intelijen utama Rusia, yaitu Direktorat Intelijen Utama (GRU) dan FSB, atas tuduhan membantu operasi peretasan dengan tujuan mencampuri proses pemilihan presiden AS.

Sanksi juga dijatuhkan terhadap empat pejabat GRU serta tiga perusahaan atas tuduhan yang sama.

Selain itu, pemerintahan Obama juga memerintahkan pengusiran terhadap 35 diplomat Rusia.

Mereka dicurigai melakukan aksi mata-mata, serta menutup dua kompleks milik Kedutaan Rusia sebagai balasan atas "campur tangan Rusia dalam pemilihan (presiden) AS dan pelecehan yang dialami para diplomat kami di luar negeri."

Rusia telah mengeluarkan bantahan bahwa pihaknya berada di balik serangan dunia maya. Serangan itu mengenai Komite Nasional Demokratik dan surat elektronik pribadi ketua tim kampanye Hillary Clinton, John Podesta.

Trump telah berulang kali mengatakan ia meragukan kebenaran yang diajukan lembaga intelijen AS, yang menuduh Moskow melakukan peretasan.

REUTERS | CNBC | SITA PLANASARI AQUADINI

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya