TEMPO Interaktif, Vatikan:Kementrian Dalam Negeri Italia Ahad (17/9) kemarin meningkatkan status keamanan di seluruh negara menjadi siaga satu. Tindakan itu dilakukan setelah sejumlah tokoh muslim marah akibat pidato Paus, pekan lalu. Pengamanan super ketat juga digelar di sekitar Kastil Gandolfo dekat Roma, Italia, rumah tinggal Paus Benediktus XIV. Begitu juga Vatikan, negeri terkecil---dari segi wilayah dan penduduk---yang dipimpin Paus. Polisi berpakaian preman dikerahkan. Sebagian menyamar sebagai turis. Aparat juga memeriksa payung dan cairan di dalam botol para turis. Kecemasan itu tumbuh setelah Paus berpidato di Universitas Regensburg, Jerman, Selasa pekan lalu. Dalam pidatornya, mengutip Manuel II, Paus mengatakan "...kabar baru yang dibawa Muhammad, kalian bakal menjumpai hal-hal yang tidak manusiawi sebagaimana perintahnya menyebarkan dengan pedang agama yang dipeluknya". Pidato inilah yang membangkitkan kemarahan para pemimpin agama dan politik negara Muslim.Sadar pernyataan pemimpinnya itu mengundang reaksi keras, Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Tarsicio Bertone segera melansir pernyataan maaf. "Paus tak bermaksud menyakiti hati umat Islam," katanya. "Bapa Suci sungguh amat menyesal." Kendati Paus akhirnya meminta maaf, sejumlah tokoh muslim melontarkan ancaman. Salah satunya datang dari Somalia. Sheikh Abubakar Hassan Malin, ulama terpandang di Mogadishu, Somalia, menyerukan memburu Paus. "Siapapun yang menghina Nabi Muhammad patut dihukum mati," katanya seraya menambahkan pernyataan Paus di Jerman itu "barbar." Sejumlah negara seperti Yaman dan Maroko menarik duta besarnya dari Vatikan. Di Nablus, Tepi Barat, Sabtu kemarin, dua gereja terbakar akibat ledakan granat. Sekelompok orang yang mengaku "Singa Monoteisme" mengatakan serangan itu reaksi terhadap pernyataan Paus."Paus musti meminta maaf secara langsung kepada umat Islam atas misinterpretasi [Islam]," kata Fadlallah. Kuatnya desakan membuat Paus akhirnya muncul dari balik balkon rumahnya Kastil Gandolfo, kemarin. Dalam kesempatan itu ia mengatakan tak mengira ucapannya itu menyakiti hati umat Islam. Dan karena itu ia menyesal. "Saya harap permohonan maaf ini bisa menenangkan hati," katanya. "Anggap ini sebagai undangan berdialog secara jujur dan tulus serta saling menghormati satu sama lain." ap | ny times | cbc | bbc | andree priyanto