Warga Norwegia, Kjartan Sekkingstad (tengah) berdiri di samping pimpinan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari setelah dibebaskan dari kelompok militan Abu Sayyaf Islam al-Qaeda, di Jolo, Sulu di Filipina, 18 September 2016. Warga Norwegia Kjartan Sekkingstad dan tiga orang ABK Indonesia, diserahkan kepada utusan pemerintah Filipina di kota Indanan, Pulau Jojo. REUTERS/Nickie Butlangan
TEMPO.CO, Manila - Seorang tersangka militan asal Indonesia tewas ditembak dalam operasi militer terhadap kelompok Maute dan Abu Sayyaf di Filipina pada Minggu, 29 Januari 2017.
Seperti dilansir Manila Times, Senin, 30 Januari 2017, Panglima Militer Filipina Jenderal Eduardo Ano mengatakan mayat tersangka Indonesia yang dikenal sebagai Mohisen itu ditemukan anggota militer di antara 15 mayat teroris lain.
Ano mengatakan militer Filipina akan meminta bantuan pemerintah Indonesia untuk memverifikasi identitas dan latar belakang Mohisen. Selain itu, terdapat dua lagi milisi asing yang menjadi korban tewas dalam serangan udara tersebut.
"Kami masih menggali dan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk latar belakangnya," kata Ano.
Para milisi asing termasuk Mohisen diduga memiliki peran berbeda, yakni sebagai ahli bom dan juga penasihat agama.
Sedangkan seorang tersangka teroris paling dicari di Asia Tenggara diyakini terluka parah setelah terkena serangan udara yang dilancarkan tentara Filipina di selatan negara itu.
Isnilon Hapilon diyakini terluka dalam serangan yang menargetkan markas mereka di daerah perbukitan di pinggir kota Butig di Lanao del Sur, selatan Filipina.
Ano mengatakan Isnilon terluka di lengan dan kehilangan banyak darah setelah pesawat udara militer Filipina, termasuk jet tempur FA50 buatan Korea Selatan, menjatuhkan bom 225 kilogram pada Rabu dan Kamis lalu, menargetkan kubu kelompoknya.
Ini merupakan pertama kali jet FA50 yang dibeli pada akhir 2015 digunakan dalam misi tempur.
Menurut Ano, Isnilon yang dilaporkan ditunjuk untuk memimpin kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Asia Tenggara, terpaksa diusung oleh pengikutnya menggunakan tandu buatan sendiri.
Ia diyakini tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri dari Lanao, mengingat tentara sudah mengepung semua jalan keluar.
Isnilon berada dalam daftar teroris paling dicari Departemen Kehakiman Amerika Serikat dengan hadiah US$ 5 juta untuk menangkapnya.
Ia pindah ke Butig dari Pulau Basilan sebulan lalu bersama 30 pengikutnya untuk mencari basis bagi aliansi militan barunya.
Kelompok Hapilon diketahui tengah berupaya untuk membangun sel ISIS di wilayah tersebut. Dia hendak mendirikan basis di Lanao karena dikatakan lebih aman dibandingkan di Basilan.
Isnilon yang fasih berbahasa Arab berikrar setia kepada ISIS pada 2014.