Adama Barrow, Presiden terpilih Gambia. freedomnewspaper.com
TEMPO.CO, Banjul - Lebih dari seribu orang, sipil mapun miiter, menyambut meriah kedatangan Presiden Gambia Adama Barrow di bandar udara internasional Banjul, Kamis, 26 Januari 2017.
Barrow terpilih menjadi Presiden Gambia setelah melalui pemilihan umum yang dianggap paling demokratis, Desember 2016. Namun presiden sebelumnyanya, Yahya Jammeh, tak bersedia menyerahkan kekuasaan hingga dia dipaksa kabur ke Equatorial Guenia, Sabtu pekan lalu, oleh militer.
"Barrow terpaksa dilantik di negara tetangga, Senegal, bulan lalu karena Jammeh tidak bersedia menyerahkan kekuasan yang digenggamnya selama 22 tahun," tulis Al Jazeera, Jumat, 27 Januari 2017.
Berpakaian jubah dan peci putih, Barrow tampak turun dari tangga pesawat dari ibu kota Senegal, Dakar, dengan pengawalan ketat pasukan militer Senegal dan Nigeria, Kamis, 26 Januari 2017.
Pria 51 tahun yang ditemani dua istri dan beberapa anak-anaknya itu disambut resmi para pejabat militer dan sejumlah anggota senior koalisi pemerintahannya.
Meskipun terpilih menjadi presiden, Barrow tidak serta merta memangku jabatan tersebut. Dia terpaksa dilantik di kedutaan besar Gambia di Senegal pekan lalu dan mendapatkan jaminan dari militer bahwa situasi Gambia aman terkendali.
"Beliau akan membangun negeri ini. Beliau orang baik, bukan seorang pembunuh," kata Adja Kombeh, pendukung Barrow.
Warga Gambia menginginkan masa depan negara lebih baik setelah selama dua dekade di bawah pemerintahan Jammeh.
Uni Eropa Ingin Pulangkan Lebih Banyak Imigran ke Negara Asal
26 Januari 2023
Uni Eropa Ingin Pulangkan Lebih Banyak Imigran ke Negara Asal
Uni Eropa tengah menguatkan koordinasi di dalam blok tersebut untuk dapat mengirim lebih banyak orang tanpa hak suaka di Eropa kembali ke negara asal mereka termasuk Irak.