'Dipaksa' Tonton Video Pencabulan Anak, Microsoft Didugat  

Reporter

Kamis, 12 Januari 2017 13:39 WIB

Logo Microsoft. REUTERS/Lucy Nicholson

TEMPO.CO, Washington—Dua pegawai perusahaan raksasa teknologi Amerika Serikat, Microsoft, ini tak menyangka pekerjaan mereka justru memicu gangguan kejiwaan. Henry Soto dan Greg Blauert, nama kedua pegawai itu, memilih mundur dan menggugat pembuat sistem operasi Windows tersebut.

Keduanya menuding Microsoft tak pernah menyebut mereka akan mengalami masalah mental, PTSD, karena harus menyisir foto-foto pencabulan anak, video pembunuhan dan materi ekstrim lainnya di layanan online perusahaan.

Soto dan Blauert ditugaskan dalam Tim Keamanan Online Microsoft sejak 2008, menyusul aturan pemerintah Amerika Serikat agar materi melanggar hukum seperti pornografi anak harus dilaporkan ke Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Dieksploitasi (NCMEC).

Soto dan Blauert adalah satu dari sekian pegawai yang bertanggung jawab untuk menyisir material-material ini. Mereka bertugas untuk menghapus atau bahkan melaporkan material yang dianggap melanggar hukum ke polisi.

Soto dalam gugatan yang diajukan ke Pengadilan King County Superior, negara bagian Washington, mengatakan ia dipindah ke tim ini tanpa persetujuannya.

“Dan selama masa kerjanya, Soto harus menyaksikan ribuan foto dan video yang sangat kejam, tidak manusiawi dan memuakkan bagi siapa pun.”

Materi-materi kejam ini sangat mempengaruhi kesehatan jiwa Soto. Puncaknya saat dia mengalami mimpi buruk dan halusinasi setelah menyaksikan video seorang gadis disiksa dan dibunuh.

Soto kemudian dipindahkan ke posisi baru pada 2014 setelah mengalami gejala stress pasca-trauma sebelum akhirnya mundur dengan alasan kesehatan setahun kemudian.

Ben W Wells, pengacara yang mewakili Soto mengatakan kepada The Register bahwa materi-materi ekstrim ini berada di Bing dan disimpan di OneDrive.

"Beberapa dari pengguna layanan ini menyimpan hal-hal yang melanggar hukum," kata Wells. "Berdasarkan hukum, Microsoft diwajibkan melapor jika ada yang melanggar hukum."

Adapun Blauert mulai bekerja di sebagai kontraktor Microsoft sejak 2011 untuk menyisir konten-konten bermasalah. Setahun kemudian ia menjadi pegawai tetap dengan tugas serupa. Tak kuat menyaksikan konten-konten ekstrim, Blauert akhirnya mundur pada 2013.

Microsoft dalam jawaban tertulisnya membantah gugatan keduanya. Mereka menegaskan kesehatan karyawan menjadi prioritas. “Kami memiliki program untuk membantu karyawan yang harus mengawasi konten-konten bermasalah.”
DAILY MAIL | BBC | SITA PLANASARI AQUADINI



Berita terkait

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

2 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

3 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

5 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Penyebab Aplikasi UTBK Mati, Panitia UTBK Sediakan Kemeja, Janji Microsoft

6 jam lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Penyebab Aplikasi UTBK Mati, Panitia UTBK Sediakan Kemeja, Janji Microsoft

Topik tentang kendala teknis mewarnai hari pertama pelaksanaan UTBK SNBT 2024 menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

7 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

17 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

19 jam lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

21 jam lalu

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

Komandan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat untuk wilayah Pasifik (USARPAC) kunjungan kerja ke Markas Besar TNI, Jakarta pada 21-23 April 2024

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

22 jam lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

22 jam lalu

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

Investigasi baru NHTSA berfokus pada pembaruan perangkat lunak dari Tesla untuk memperbaiki masalah ini pada bulan Desember.

Baca Selengkapnya