Dalam Pidato Perpisahan, Obama Minta Rakyat Amerika Bersatu

Reporter

Rabu, 11 Januari 2017 11:34 WIB

Ekspresi Presiden Barack Obama, saat menyampaikan pidato perpisahannya di McCormick Place, Chicago, 10 Januari 2017. Obama berencana berziarah ke kampung halamannya di hari-hari terakhir menjabat. AP/Charles Rex Arbogast

TEMPO.CO, Chicago - Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan pidato perpisahan setelah mengabdi selama delapan tahun pada Selasa malam, 10 Januari 2017, waktu setempat.

Seperti dilansir CNN, Rabu, 11 Januari 2017, Obama meminta semua rakyat Amerika Serikat bersatu melindungi demokrasi, yang terancam oleh kekuatan luar dan ketegangan di dalam negeri. “Demokrasi tidak membutuhkan keseragaman,” ucapnya.

“Para pendiri bangsa bertengkar dan berkompromi. Mereka berharap kita melakukan hal sama. Mereka paham bahwa demokrasi membutuhkan syarat solidaritas, yakni mengesampingkan perbedaan untuk bangkit bersama dan jatuh bersama.”

Presiden kulit hitam pertama di Amerika ini berujar, cara mengatasi tantangan untuk menjaga demokrasi, “Akan menentukan kemampuan kita mendidik generasi muda, menciptakan lapangan pekerjaan, dan melindungi Tanah Air.”

Diselingi jeritan sekitar 18 ribu pendukungnya, Obama mengungkapkan alasannya memilih kampung halamannya, Chicago, sebagai tempat menyampaikan perpisahan kepada bangsa.
Di Chicago pula, ia menyampaikan pidato kemenangan saat terpilih pertama kali sebagai Presiden Amerika pada 2008.

“Saya tiba di Chicago saat berusia awal 20-an dan masih mencari jati diri. Di jalan dekat sini, saya menyaksikan kekuatan keyakinan serta martabat para pekerja menghadapi perjuangan dan kekalahan.”

Obama, yang kini berusia 55 tahun, tak melupakan peran besar istrinya, Michelle Obama, sebagai pendamping sekaligus Ibu Negara selama delapan tahun terakhir. “Kamu mengambil peran yang tidak kamu minta serta menjalankannya dengan anggun dan gembira,” tutur Obama sambil menghapus air mata. “Kamu membuat Gedung Putih tempat bagi semua orang.”

Obama juga memaparkan keberhasilan pemerintahannya, mulai asuransi kesehatan nasional yang disebut Obamacare hingga legalisasi pernikahan sejenis. Tapi dia menyatakan pekerjaannya belum selesai.

Apalagi Presiden Amerika terpilih Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari mendatang, mengancam akan melucuti sejumlah kebijakannya. Trump, misalnya, akan membangun tembok di perbatasan Meksiko, melarang muslim masuk Amerika, dan membatalkan Obamacare.

CNN | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI






Advertising
Advertising







Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya