WWF Dilaporkan Siksa hingga Tewas Etnis Baka di Kamerun  

Reporter

Selasa, 10 Januari 2017 16:14 WIB

Aktivis World Wildlife Fund (WWF) membawa tulisan "Earth Hour 2014" di depan gerbang Brandenburger Tor pada perayaan Earth Hour di Berlin, Jerman (29/3). Dalam perayaan ini seluruh dunia mematikan lampu selama satu jam waktu setempat. REUTERS/Fabrizio Bensch

TEMPO.CO, Zurich - Organisasi pelestarian global, World Wide Fund for Nature (WWF), sedang diselidiki terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia. Penyelidikan itu dilakukan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Untuk pertama kali dalam sejarah, WWF diperiksa terkait dengan pelanggaran HAM.

WWF diduga melakukan pelanggaran terhadap masyarakat pygmi suku Baka yang mendiami hutan hujan Kongo Basin di Kamerun. Kelompok itu dituding menggunakan kekerasan fisik dan ancaman terhadap warga Baka selama beberapa tahun sejak 1991.

Tuntutan itu bermula dari laporan Survival International (SI), kelompok pembela hak masyarakat adat, pada 2016. SI menyerahkan laporan pengaduan setebal 228 halaman resmi kepada OECD di Swiss. Laporan itu menjelaskan, pemerintah Kamerun yang mendapat dukungan penuh dari WWF telah membatasi akses penduduk Baka ke tanah leluhur mereka, yakni hutan tempat mereka selama ini hidup yang diubah menjadi kawasan hutan lindung.

Baka dan suku-suku hutan hujan lainnya telah melaporkan pelecehan sistematis oleh tim anti-perburuan WWF, termasuk penangkapan, pemukulan, penyiksaan, bahkan kematian, selama lebih dari 20 tahun. "Anggota regu anti-perburuan WWF meneror anak-anak serta seorang wanita tua dengan parang. Mereka memukuli warga. Menebas dengan parang," kata seorang anggota suku Baka kepada SI.

Dalam dua surat terbuka, warga Baka membuat permohonan agar pihak konservasi mengizinkan mereka tinggal di tanah mereka. Suku Baka sangat mengandalkan hutan untuk bertahan hidup. SI menyatakan memiliki bukti terkait dengan pelanggaran WWF tersebut.

"OECD mengakui keluhan kami adalah langkah besar bagi kelangsungan hidup masyarakat adat. WWF telah menyebabkan penderitaan bagi suku-suku di Kongo Basin. Organisasi-organisasi konservasi besar harus berhenti berkolusi dalam pencurian tanah suku. suku-suku adalah konservasionis terbaik dan wali dari alam. Mereka harus berada di garis depan dari gerakan lingkungan," ujar Direktur SI Stephen Corry seperti dikutip dari Guardian.

Namun WWF membantah semua tudingan tersebut dan menyatakan pihaknya telah melakukan segala sesuatu berdasarkan prosedur dasar yang sesuai dengan ketentuan umum atau standar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut WWF, sejauh ini lembaga tersebut hanya menemukan satu keluhan terkait dengan pelecehan.

Di bawah pedoman OECD, keluhan dan perselisihan antara SI dan WWF akan dimediasi oleh pejabat pemerintah Swiss. Kedua pihak yang berselisih sudah bersedia untuk bertemu di Swiss.

Ini adalah pertama kalinya perselisihan di antara lembaga amal internasional non-profit diteliti di bawah pedoman OECD. Sebelumnya, OECD hanya mengurus perselisihan perusahaan multinasional yang bersifat komersial.

GUARDIAN | SURVIVAL INTERNATIONAL | YON DEMA

Berita terkait

Berjalan 500 Kilometer, Belasan Gajah Rusak Properti Warga Cina

3 Juni 2021

Berjalan 500 Kilometer, Belasan Gajah Rusak Properti Warga Cina

Lima belas gajah membuat kekacauan di Cina. Dikutip dari CNN, mereka kabur dari kawasan lindung Xishuangbanna dan berjalan sejauh 500 kilometer.

Baca Selengkapnya

WNA Asal Kamerun Lakukan Penipuan Penggandaan Uang di Jakarta

19 Februari 2020

WNA Asal Kamerun Lakukan Penipuan Penggandaan Uang di Jakarta

Modus penipuan yang dilakukan WNA asal Kamerun itu adalah penggandaan uang dolar AS hingga tiga kali lipat dalam 10 hari.

Baca Selengkapnya

Program Green Development, Ridwan Kamil Gandeng WWF Indonesia

7 September 2019

Program Green Development, Ridwan Kamil Gandeng WWF Indonesia

Ridwan Kamil menandatangani naskah kerja sama dengan organisasi lingkungan hidup, WWF Indonesia untuk pembangunan hijau.

Baca Selengkapnya

KKP - WWF Fokus Kelola Udang Windu Berkelanjutan

16 Agustus 2018

KKP - WWF Fokus Kelola Udang Windu Berkelanjutan

KKP bekerja sama dengan WWF fokus mendorong pengelolaan sumber daya budidaya udang windu berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

2 Generasi Harimau Sumatera Terekam, Bisa Berkembang Kayak Kucing

29 Juli 2018

2 Generasi Harimau Sumatera Terekam, Bisa Berkembang Kayak Kucing

WWF dan KLHK merilis video dua generasi harimau Sumatera. Mereka bisa berkembang seperti kucing asal habitatnya dilindungi.

Baca Selengkapnya

Earth Hour, Tak Sekadar Memadamkan Listrik 1 Jam Saja

24 Maret 2018

Earth Hour, Tak Sekadar Memadamkan Listrik 1 Jam Saja

Earth Hour dilakukan serentak di seluruh penjuru dunia setiap Sabtu di akhir Maret dengan mematikan lampu dan peralatan listrik.

Baca Selengkapnya

WWF Ajak Masyarakat Audit Sendiri Penggunaan Listrik Bulanan

19 November 2017

WWF Ajak Masyarakat Audit Sendiri Penggunaan Listrik Bulanan

WWF mengajak masyarakat agar menyadari pola konsumsi listrik agar tagihan tak membengkak saat penyederhanaan golongan listrik diterapkan.

Baca Selengkapnya

Libatkan WWF dalam Reforma Agraria, Menko Darmin Dikritik

22 Oktober 2017

Libatkan WWF dalam Reforma Agraria, Menko Darmin Dikritik

Menko Perekonomian diminta segera mengkoreksi kerja sama dengan WWF dalam soal reforma agraria.

Baca Selengkapnya

Kemenko Perekonomian Gandeng WWF Percepat Reforma Agraria

19 Oktober 2017

Kemenko Perekonomian Gandeng WWF Percepat Reforma Agraria

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menggandeng WWF Indonesia sebagai salah satu upaya mempercepat reforma agraria.

Baca Selengkapnya

Hari Badak Nasional, WWF: Badak Indonesia Kritis  

22 September 2017

Hari Badak Nasional, WWF: Badak Indonesia Kritis  

Kedua spesies badak Nusantara, badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) sedang menghadapi situasi darurat.

Baca Selengkapnya