Siapakah Esteban Santiago, Penembak di Fort Lauderdale?

Reporter

Sabtu, 7 Januari 2017 06:56 WIB

Ilustrasi Penembakan. Getty Images

TEMPO.CO, Fort Lauderdale—Seorang pria menembaki bandara internasional Fort Lauderdale-Hollywood di Florida, Amerika Serikat, pada Jumat petang waktu setempat. Dalam serangan ini sebanyak lima orang tewas dan delapan lainnya dilaporka terluka.

Seperti dilansir NBC News Sabtu 7 Januari 2017, polisi berhasil membekuk pelaku yang diidentifikasi sebagai Esteban Santiago, 26 tahun, warga kelahiran New Jersey. Hingga kini belum diketahui motif serangan tersebut.

Berdasar penyelidikan sementara, polisi menduga Santiago terbang menggunakan maskapai Delta dari Anchorage, Alaska, tempat ia tinggal selama ini. Tentara Amerika Serikat ini kemudian melanjutkan penerbangan ke Minneapolis-St. Paul menuju Fort Lauderdale.

Setibanya di Fort Lauderdale, Santiago mengambil koper di bagasi yang berisi senjata api dan kemudian menembaki pengunjung bandara.

Santiago dapat dengan bebas membawa senjata api di kopernya karena aturan federal Amerika Serikat memperbolehkan penumpang pesawat pembawa senjata api yang tak berisi peluru dalam koper terkunci. Pemerintah federal juga mengizinkan penumpang membawa amunisi yang harus diperiksa pengelola bandara.

Sheriff Broward, Scott Israel, mengatakan dalam jumpa pers belum diketahui motif penyerangan yang dilakukan Santiago.

Namun saudara laki-laki Santiago, Bryan, menduga ia mengalami masalah mental sementara akibat pengalamannya di militer.

“Dia orang biasa saja, baik dan relijius. Setahu saya dia tidak mengalami trauma pasca perang (PTSD). Mungkin dia mengalami kilasan trauma di masa lalu,” kata Bryan Santiago kepada NBC News.

Esteban, ujar Bryan, lahir di Puerto Rico, tempat ia kemudian mengabdi di Garda Nasional. Ia kemudian dikirim ke Irak setahun kemudian, kembali ke Amerika dan mengabdi untuk Army Reserves.

Tak berapa lama ia kemudian dipindah ke Alaska dan bergabung dengan Garda Nasional Alaska sebagai tenaga teknis kombatan. Garda Nasional Alaska kemudian memecat Santiago pada Agustus 2016 karena kinerjanya dianggap kurang maksimal.

Santiago memiliki seorang kekasih dan seorang anak di Alaska. Bryan Santiago mengatakan kekasih Santiago sempat mengeluh mereka kerap berkelahi sehingga saudara lelakinya itu harus mengikuti konseling psikologi di Anchorage.

Bryan Santiago mengatakan keluarganya sudah tidak mendengar kabar Esteban selama beberapa pekan terakhir. “Keluarga kami sangat khawatir.”

Maria Luisa Ruiz, bibi Santiago, mengatakan dirinya terakhir bertemu sang ponakan setelah ia kembali dari Irak pada 2011. Ruiz menyebut keponakannya itu kemudian mengikuti terapi di San Juan, Puerto Rico.

"Sepulangnya dari Irak, Esteban tidak dalam kondisi baik," tutur Ruiz. "Mereka mengerahkan anak-anak ini dalam perang dan ketika kembali tak ada yang melakukan apa-apa untuk mereka.”

L NBC NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI

Berita terkait

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

2 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

2 jam lalu

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

Sebuah mobil menabrak pagar Gedung Putih pada Sabtu malam. Sopir langsung tewas di tempat kejadian.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

3 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

3 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

6 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

6 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

2 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

2 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya