TEMPO.CO, Jenewa - Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan kelompok bertikai -pasaukan pemerintah maupun pemberontak- bahwa sabotase terhadap suplai air dari sumbernya di dekat Damaskus tergolong kejahatan perang.
"Sabotase ai dapat membahayakan kehidupan jutaan orang di sana," bunyi pernyataan PBB menanggapi perang di Wadi Barada, sumber suplai air ke Damaskus.
Pasukan pemerintah Suriah didukung kekuatan Rusia dan milisi Hizbullah gencar menyerang Wadi Barada yang dikuasai pemberontak. Wadi Barada adalah sebuah lembah sekaligus sumber air bersih untuk kebutuhan warga masyarakat di Damaskus.
Jan Egeland, Kepala Gugus Tugas untuk Kemanusiaan PBB, pada Kamis, 5 Januari 2017, mengatakan, penutupan Wadi Barda akan menimbulkan konsekwensi dramatis. Dia tidak menjelaskan lebi jauh mengenai "konsekwensi dramatis" itu.
Dia menjelaskan, air yang dialirkan dari Wadi Barada untuk keutuhan 5,5 juta orang. Saat ini Wadi Barada terancam akibat perang, sabotase, atau diakibatkan oleh keduanya.
"Sabotase dan menghentikan pasokan air dari Wadi Barada tergolong kejahatan perang. Sebab warga sipil yang meminumnya bakal terkena penyakit akibat mengonsumsinya," katanya kepada wartawan di Jenewa.
Egeland menambahkan, suplai air dari Wadi Brada telah terganggu karena kawasan ini menjadi sasaran serangan dan penghancuran. Namun dia tidak mengatakan siapa yang harus bertanggung jawab atas kerusakan kawasan yang menjadi suplai air itu kepada wartawan.
Pemerintah menuduh pemberontak mencemari sumber mata air di sana dengan minyak diesel, sebaliknya pemberontak mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah membombardir tanaman di desa-desa di sana.