Mengenaskan, Jasad Bocah Rohingya Terdampar di Tepi Sungai  

Reporter

Editor

Natalia Santi

Jumat, 6 Januari 2017 17:05 WIB

Balita Rohingya bernama Mohammed Shohayet, meninggal saat akan melarikan diri dari Myanmar. Thestar.com

TEMPO.CO, Yangon - Isu penganiayaan warga Rohingya oleh pemerintah Myanmar kian merebak menyusul beredarnya foto mengenaskan seorang bocah yang terdampar di kubangan lumpur di tepi sebuah sungai.

Foto bocah yang diidentifikasi sebagai Mohammed Shohayet terdampar di tepi Sungai Naf di perbatasan Bangladesh-Myanmar. Bocah 16 bulan itu tewas tenggelam saat mencoba mengungsi dari wilayah bergejolak di Myanmar.

Kisah itu lantas mengingatkan semua orang kepada foto Aylan Kurdi, bocah pengungsi Suriah berusia 3 tahun yang terbaring kaku di pantai Turki. Sebuah kesamaan yang mencolok di antara keduanya adalah mereka melarikan diri dari kekerasan dan konflik yang melanda negerinya masing-masing.

Shohayet dan keluarganya berusaha menyeberangi Sungai Naf untuk mengungsi ke Bangladesh guna menyelamatkan diri dari kekerasan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Namun, dalam perjalanan, perahu mereka tenggelam.

Dalam perahu nahas tersebut, terdapat ayah, ibu, paman, dan kakak Shohayet yang berusia 3 tahun. Hanya sang ayah yang berhasil selamat dari insiden tersebut. Sedangkan jenazah bayi itu ditemukan tersapu ke bibir Sungai Naf.

"Tidak ada gunanya saya hidup di dunia ini. Di desa kami, helikopter menembakkan senjata kepada kami. Tentara Myanmar juga menembaki kami. Kami tidak bisa tinggal di rumah kami. Kami melarikan diri dan bersembunyi di hutan," kata Zafor Alam, yang mengaku sebagai ayah bocah nahas tersebut.

"Kakek dan nenek saya dibakar sampai mati. Seluruh desa kami dibakar militer. Tak ada yang tersisa," ucapnya, seperti dilansir India Today, Kamis, 5 Januari 2017.

Sementara itu, pemerintah Myanmar menyatakan gambar itu hasil rekayasa dan propaganda agar dunia menyalahkan pemerintah atas apa yang terjadi pada etnis muslim Rohingya.

Pemerintah pada Rabu, 4 Januari 2017, merilis laporan untuk menyangkal tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas Rohingya dan mengingatkan pembaca untuk tidak mempercayai "berita palsu dan rumor".

Ribuan warga etnis Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar guna menghindari aniaya oleh militer. Etnis minoritas yang hak kewarganegaraannya telah digantung bertahun-tahun mengklaim pasukan keamanan telah membakar rumah serta memperkosa dan membunuh mereka.

Para pejabat pemerintah Myanmar menyangkal bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan itu dan menuduh Rohingya membakar rumah-rumah mereka sendiri.

Pemerintah Myanmar menolak mengakui Rohingya sebagai salah satu etnis minoritas di negara itu dan menggambarkan mereka sebagai Bengali atau orang-orang yang berasal dari Teluk Bengal.

Mereka dianggap “entitas tidak berkewarganegaraan”. Pada 2015, migrasi massal oleh ribuan orang Rohingya dari Myanmar dimulai.

INDIA TODAY | INDEPENDENT | YON DEMA




Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

1 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

3 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

3 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

6 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

6 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

7 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

8 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

9 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

15 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

15 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya