Dubes Myanmar: Kami Tak Aniaya Rohingya  

Reporter

Editor

Natalia Santi

Sabtu, 26 November 2016 07:31 WIB

Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, Aung Htoo. Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Dua hari terakhir Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta didatangi sejumlah organisasi masyarakat. Mereka menyatakan peduli pada etnis minoritas Rohingya. Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, Aung Htoo, mengatakan dirinya menghormati kebebasan demokrasi di Indonesia. Meskipun selama dua hari, pengeras suara nyaring terdengar di depan kedutaannya.

"Saya berkelakar dengan rekan di sini, ini yang Presiden Joko Widodo sebut sebagai suara berisik (noise) demokrasi," kata Aung Htoo saat dihubungi lewat pesan Whatsapp oleh Tempo, Jumat, 25 November 2016 sore. Dia membantah negaranya telah melakukan penganiayaan terhadap Rohingya. Kepada Tempo, dia menuturkan apa yang sebenarnya terjadi di negerinya.

Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana Anda merespons aksi demonstrasi di depan kedutaan Anda?
Saya baru saja berkelakar dengan teman saya, ini mungkin yang disebut Presiden Joko Widodo sebagai suara berisik (noise) demokrasi. Kami dibombardir dengan pengeras suara sejak pagi hingga saat ini (sore). Kami menghormati demokrasi dan kebebasan bicara.

Bagaimana situasi di Rakhine saat ini?
Situasi di negara b again Rakhine diprovokasi oleh oknum (Dubes Aung Htoo menyebut bad people) dua kali. Jika mereka tidak menyerang pos polisi berulang kali dengan gaya teroris, pasukan keamanan kami tidak perlu membalasnya. Kadang-kadang kami tidak jelas, apakah kami korban atau sebaliknya. Oknum-oknum ini mendeklarasikan jihad kepada kami.

Bagaimana respons pemerintah Myanmar?
Dewan negara memerintahkan pasukan keamanan kami untuk menahan diri dan mengatasinya sesuai hukum. Kami tidak akan menggunakan kekuatan jika tidak diserang. Mereka memobilitasi aksi mob bahkan setelah mereka menyerang. Apakah kami harus membiarkan mereka melakukan apa saja yang mereka sukai?

Bagaimana kondisi etnis Rohingya di Myanmar?
Kami tidak menganiaya Rohingya. Pada 2012, jika tidak ada oknum muslim memperkosa dan membunuh seorang wanita Rakhine, maka kekerasan komunal tidak akan terjadi. Tentara dan lembaga internasional tidak perlu turun tangan.

Bagaimana ihwal Rohingya di Rakhine?
Pada masa penjajahan, muslim di Rakhine tercatat dalam sensus sebagai Mohamadin. Pada 1990-an, mereka mengubah nama menjadi Rohingya. Mereka juga menyatakan sebagai putra Rakhine, atau warga asli Rakhine. Bahkan ada sebelum Myanmar.
Mereka minta kewarganegaraan otomatis sesuai dengan undang-undang warga negara 1982. Padahal mereka hanya datang di saat tertentu selama penjajahan Inggris. Mereka tinggal di Myanmar selama dua atau tiga bulan saat musim panen. Tapi di era 1970-an, mereka datang sebagai migran dan tinggal secara permanen di Myanmar.

Bagaimana pemerintah merespons tuduhan penganiayaan terhadap Rohingya?
Kami tidak tahu dari mana asal mereka, bisa jadi dari India atau Pakistan. Itulah mengapa kami sebut mereka Bengali karena menurut kami, mereka berasal dari Teluk Bengal. Karena itu status kewarganegaraan mereka tidak jelas.
Pemerintah ingin memverifikasi status mereka sesuai dengan undang-undang kewarganegaraan. Tapi mereka menolak untuk diverifikasi. Mereka sangat bermusuhan dengan petugas imigrasi.
Jadi, dengan menggunakan agama, mereka menciptakan kesan bahwa warga Budha menganiaya mereka. Mereka menggunakan persaudaraan muslim untuk menggantikan masalah imigrasi.
Oknum-oknum itu tidak hanya menyerang aparat, tapi juga membakar rumah-rumah saudara muslim mereka. Jadi saat aktivis Human Rights Watch (HRW) melihat wilayah itu, mereka menemukan rumah-rumah dibakar.

Apa langkah pemerintah Myanmar selanjutnya?
Langkah pemerintah selanjutnya adalah memulihkan perdamaian dan stabilitas di kawasan dan memulai penyaluran bantuan.
Untuk mendapatkan kebenaran dari insiden terbaru, Madam Aung San Suu Kyi memerintahkan penyelidikan dan efektivitas penyaluran bantuan kepada orang-orang yang paling membutuhkan. Dia juga memerintahkan untuk mempersiapkan rencana agar insiden serupa tidak terulang.
Secara pribadi, dia mengawasi pembangunan ekonomi di negara bagian Rakhine dan berupaya mencari solusi terbaik bagi negara bagian Rakhine. Dia membentuk sebuah komisi penasihat bagi negara bagian Rakhine yang dipimpin mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Kofi Anan. Meskipun beberapa oknum mengganjal proses tersebut.

Bagaimana pendapat Anda tentang dukungan Indonesia terhadap Rohingya?
Kami menghargai peran konstruktif yang dimainkan Indonesia dalam memberikan bantuan bagi ngara bagian Rakhine. Negara-negara muslim memiliki tanggung jawab untuk membantu rakyat Rakhine.

Apakah warga Rohingya tidak boleh memiliki kewarganegaraan Myanmar?
Jika mereka menginginkan identitas dan kewarganegaraan mereka harus hidup damai dengan warga setempat dan mengikuti proses verifikasi kewarganegaraan. Yang paling penting, mereka harus bisa berbahasa Myanmar. Hanya dengan itu mereka bisa menjadi bagian dari Myanmar dan diterima oleh seluruh rakyat Myanmar.

Bagaimana proses pemberian kewarganegaraan?
Anda bisa mengunjungi situs komisi penasihat Rakhine. Mereka mendorong warga untuk mengikuti proses verifikasi kewarganegaraan. Jika mereka bisa membuktikan bahwa nenek moyang mereka telah tinggal sebelum 1823, seperti yang diatur undang-undang kewarganegaraan, mereka secara otomatis bisa mendapat kewarganegaraan.
Undang-undang mengatur kewarganegaraan naturalisasi, asosiasi, dan penduduk permanen sesuai dengan bagaimana mereka tinggal.
Karena itu, daripada menciptakan kerusuhan dan meminta bantuan dari saudara muslim, mereka seharusnya mengikuti proses tersebut.
Di negara bagian Rakhine, ada kelompok etnis muslim lainnya yang disebut Kamen. Mereka diberi kewarganegaraan secara otomatis karena mereka dapat membuktikan diri bahwa mereka telah tinggal di sana sejak zaman Mongol. Jika mereka yakin telah tinggal sebelum warga Myanmar tinggal di sana, mereka punya hak untuk menjadi warganegara.

NATALIA SANTI

Berita terkait

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

5 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

7 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

7 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

10 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

10 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

11 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

13 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

14 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

19 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya