Ancaman Peretasan dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Reporter

Editor

Natalia Santi

Selasa, 8 November 2016 13:57 WIB

Koki J.S. Burgers Cafe, Yasuhito Fukui menyiapkan Mr. and Mrs. Burger yeng bertemakan kandidat presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump di hamburger joint, Tokyo, Jepang, 7 Oktober 2016. REUTERS/Megumi Lim

TEMPO.CO, Washington DC - Pemilihan Presiden Amerika Serikat hanya tinggal beberapa jam ke depan. Publik penasaran menanti siapakah yang bakal menghuni Gedung Putih, apakah Donald John Trump dari Partai Republik atau Hillary Rodham Clinton dari Partai Demokrat. Hal lain yang cukup mengganggu adalah kemungkinan peretasan sistem pemilihan saat hari-H oleh pihak asing.

Salah satu negara yang dituding bakal mengganggu jalannya pesta demokrasi di Amerika Serikat itu adalah Rusia. Meski demikian, para pejabat keamanan AS yakin bahwa Rusia tidak akan mampu menerobos sistem pengamanan cyber mereka. Pihak intelijen juga optimistis pemilihan presiden pada 8 November waktu setempat itu lolos dari serangan mata-mata dunia maya.

Direktur Intelijen Nasional, James Clapper, baru-baru ini mengungkapkan bahwa para pejabat tinggi Rusia membolehkan peretasan terhadap situs-situs Komite Nasional Demokrat dan kampanye partai itu. Pernyataan Clapper itu tidak mengherankan bagi para pakar cyber dan sudah lama menjadi kecurigaan.

"Ini untuk pertama kalinya sebuah negara asing terlibat langsung dalam pemilihan Presiden Amerika. Presiden Rusia Vladimir Putin tak hanya menyelidiki sistem digital kita, tapi juga respons politik kita untuk melihat sejauh mana dia dapat menebarkan benih ketidakpercayaan bagi landasan paling penting dalam demokrasi di negara mana pun, yakni pemilihan yang bebas dan adil," kata Clapper seperti dilaporkan CNN, akhir Oktober lalu.

Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin membantah keras tudingan itu. "Seriuskah ada orang yang menduga Rusia bisa mempengaruhi pilihan rakyat Amerika?" tanya Putin dalam sebuah konferensi kebijakan luar negeri di Sochi, baru-baru ini. "Apakah Amerika adalah ‘republik pisang’? Amerika adalah negara besar."

Menurut situs berita New York Times, ada sejumlah kemungkinan peretasan, antara lain pembocoran informasi besar-besaran. Contohnya adalah pesan-pesan dalam e-mail di komputer mantan anggota DPR, Anthony D. Weiner, yang mungkin terkait dengan Hillary. Pesan tersebut sampai di tangan WikiLeaks. Tidak ada yang tahu pasti data apa saja yang telah dicuri dan mungkin dibocorkan pada detik-detik terakhir kampanye.

Kemungkinan lainnya adalah penyusupan ke daftar pemilih. Hal ini yang banyak dikhawatirkan orang. Musim semi lalu, Biro Investigasi Federal Amerika (FBI) memperingatkan bahwa di Arizona, lalu Illinois, ada orang yang mengubah basis data pemilih, dan bahkan mengubah daftar pemilih resmi serta alamat mereka.

Selain itu, ada yang memanipulasi data yang dilaporkan ke media massa. Risiko tersebut mungkin saja terjadi, namun bisa terdeteksi. Media massa telah mengumumkan hasil tidak resmi pemilihan, sehingga bisa mengubah pendirian swing states atau negara-negara netral. Meski terdengar tidak masuk akal, hal tersebut terjadi di Ukraina baru-baru ini.

Yang paling mengkhawatirkan adalah gangguan jaringan Internet, sehingga menyulitkan koneksi ke tempat pemungutan suara. Bahkan koneksi yang lambat pun bisa sangat mengganggu.

Cara lainnya adalah mengganggu mesin voting. Di tiap kesempatan, para pejabat negara bagian maupun federal Amerika mengingatkan bahwa pemungutan suara di tiap negara bagian, dan bahkan di tiap wilayah, berbeda. Hal ini mempersulit peretasan.

"Mesin-mesin voting dibuat offline. Sistem ini sangat beragam, sehingga aman," kata Suzanne E. Spaulding, Wakil Menteri Keamanan Dalam Negeri yang mengurusi keamanan cyber.

Namun, meski benar terjadi peretasan pada hari-H, semua pejabat menegaskan bahwa hasil akhir pasti sah. "Hanya ada satu kabar yang ingin kami dengar, yakni pemilihan berlangsung adil," kata Denise Merrill, Menteri Negara Bagian Connecticut, yang juga Ketua Asosiasi Para Menteri Negara Nasional.

Merrill memastikan, jika peretas benar-benar menyerang sistem pemilihan, pejabat setempat siap menjalankan rencana cadangan, yakni menggunakan kertas suara.

CNN | TIME | NEW YORK TIMES | NATALIA SANTI

Berita terkait

Elon Musk Siapkan Format Baru untuk Konten Artikel X Menjelang Pemilu Amerika

12 Februari 2024

Elon Musk Siapkan Format Baru untuk Konten Artikel X Menjelang Pemilu Amerika

Konten Artikel X dari Elon Musk sangat mirip dengan 'Instant Article' di Facebook yang telah dipensiunkan pada 2022 lalu.

Baca Selengkapnya

Capres AS Ron DeSantis Didukung Elon Musk yang Kecewa pada Joe Biden

26 Mei 2023

Capres AS Ron DeSantis Didukung Elon Musk yang Kecewa pada Joe Biden

Elon Musk sempat akui mendukung Ron DeSantis dalam Pilpres AS 2024 karena kecewa dengan Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Kanserlir Jerman Dukung Joe Biden di Pemilu Amerika

23 Mei 2023

Kanserlir Jerman Dukung Joe Biden di Pemilu Amerika

Kanserlir Jerman Olaf Scholz mengutarakan dukungan pada Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang akan kembali mencalonkan diri dalam pemilu Amerika

Baca Selengkapnya

Tuduh Pemilu Curang, Fox News Bayar Kompensasi Rp12 Triliun untuk Perusahaan Mesin Penghitung Suara

19 April 2023

Tuduh Pemilu Curang, Fox News Bayar Kompensasi Rp12 Triliun untuk Perusahaan Mesin Penghitung Suara

Fox Corp dan Fox News menyelesaikan gugatan pencemaran nama baik oleh Dominion Voting Systems sebesar $787,5 juta atau setara hampir Rp12 triliun

Baca Selengkapnya

Yevgeny Prigozhin Mengakui Mahasiswa Zambia Berperang untuk Grup Wagner di Ukraina

30 November 2022

Yevgeny Prigozhin Mengakui Mahasiswa Zambia Berperang untuk Grup Wagner di Ukraina

Yevgeny Prigozhin dan perwakilan Wagner telah mengunjungi penjara Rusia menawarkan amnesti sebagai imbalan berperang untuk Rusia di Ukraina.

Baca Selengkapnya

Kecewa pada Biden, Elon Musk Dukung Ron DeSantis di Pemilu Amerika 2024

27 November 2022

Kecewa pada Biden, Elon Musk Dukung Ron DeSantis di Pemilu Amerika 2024

Elon Musk mengakui akan mendukung Ron DeSantis pada pemilu Amerika Serikat 2024 karena kecewa pada pemerintahan Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Elon Musk Anjurkan Warga AS Pilih Partai Republik, Ini Alasannya

8 November 2022

Elon Musk Anjurkan Warga AS Pilih Partai Republik, Ini Alasannya

Pemilik baru Twitter, Elon Musk, mendesak warga AS memilih calon anggota Kongres dari Partai Republik untuk mengimbangi pemerintahan Joe Biden

Baca Selengkapnya

Bos Tentara Bayaran Rusia, Yevgeny Prigozhin, Mengaku Mencampuri Pemilu Amerika

7 November 2022

Bos Tentara Bayaran Rusia, Yevgeny Prigozhin, Mengaku Mencampuri Pemilu Amerika

Pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin menyatakan akan terus ikut campur dalam Pemilu Amerika.

Baca Selengkapnya

Ini Bagian di Twitter yang Terdampak Kebijakan Pemangkasan Elon Musk

5 November 2022

Ini Bagian di Twitter yang Terdampak Kebijakan Pemangkasan Elon Musk

Beberapa eksekutif menyusul CEO Parag Agrawal yang sudah langsung dipecat Elon Musk saat dirinya memastikan menjadi pemilik Twitter pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Apa Dampak Pemilu Amerika ke Indonesia

3 November 2020

Apa Dampak Pemilu Amerika ke Indonesia

Apakah itu Joe Biden atau Donald Trump yang akan memenangkan pemilu Amerika, sama-sama menguntungkan Indonesia selama situasi domestik mendukung.

Baca Selengkapnya