TEMPO.CO, Beijing - Maskapai penerbangan Cina, Hainan Airlines yang telah beroperasi di Israel sejak setengah tahun lalu, kini di bawah pengawasan setelah menandai Israel pada sistem navigasi penerbangan sebagai "Wilayah Palestina."
Hal tersebut diketahui setelah satu penumpang pesawat Cina itu terkejut melihat maskapai itu mengantarnya ke "Wilayah Palestina" bukan Israel.
Menurut laporan Arutz Sheva 7 pada 28 Oktober 2016, penumpang tersebut menulis di Facebook bahwa penerbangan Israel tidak ditampilkan di dalam peta navigasi.
"Saya ingin melihat bagaimana rute pesawat itu di peta navigasi. Saya terkejut ketika saya melihat di layar tujuan pesawat itu terdaftar sebagai 'Wilayah Palestina', bukan Israel, "tulis penumpang yang terbang dari Beijing ke Tel Aviv.
Penumpang itu juga melampirkan foto pada peta navigasi penerbangan tersebut saat mengunggahnya di Facebook. Terlihat di peta navigasi, terdapat beberapa negara tetangga, termasuk Suriah, Siprus dan Lebanon serta Tel Aviv dan Yerusalem yang ditandai sebagai wilayah Palestina.
Manajemen Hainan Airlines menyatakan permintaaan maaf dan mengucapkan terimakasih kepada penumpang yang telah mengingatkan mereka akan kesalahan tersebut.
"Kami berterima kasih telah menghubungi kami sehingga dapat menyadari kesalahan teknis ini. Maskapai akan bekerja untuk memperbaiki peta sesegera mungkin bersama dengan pemasok perangkat lunak eksternal," kata Hainan Airlines.
"Kami akan terus mempromosikan Israel sebagai tujuan wisata di Cina seperti yang selalu kami lakukan dengan penuh kebanggaan selama ini, " Hainan Airlines menambahkan.
Hainan Airlines memulai penerbangan ke Tel Aviv Ben Gurion Airport setengah tahun yang lalu. Maskapai tersebut saat ini mengoperasikan tiga penerbangan Tel Aviv-Beijing per minggu yang akan segera meningkat menjadi empat kali seminggu.
Pada akhir April lalu, Hainan Airlines untuk pertama kalinya mendarat di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, yang disertai dengan upacara penyambutan yang dihadiri oleh Menteri Pariwisata Israel, Yariv Levin, Menteri Transportasi, Yisrael Katz dan Duta Besar Israel untuk Cina, Matan Vilnai.
Sementara itu, insiden serupa bukan yang pertama terjadi, bahkan yang ketiga dalam beberapa bulan terakhir.
Pada akhir Agustus, beberapa penumpang Israel menolak untuk naik penerbangan Air Serbia dari Belgrade ke Tel Aviv setelah diumumkan pesawat itu menuju ke "Palestina". CEO Air Serbia kemudian menyatakan maaf atas kejadian tersebut.
Oktober lalu, warga Israel yang pulang dari Madrid pada penerbangan Iberia Airlines terkejut ketika pilot mengumumkan bahwa dalam beberapa menit pesawat akan mendarat di Tel Aviv, di "Palestina."