Pemerintah Kolombia Berdamai dengan Pemberontak FARC

Reporter

Editor

Natalia Santi

Senin, 26 September 2016 22:19 WIB

Pemimpin Negosiator kelompok FARC, Ivan Marquez (kiri) berjabat tangan dengan pemimpin perundingan pemerintah Kolombia Humberto de la Calle (Kanan) usai menandatangani kesepakatan damai yang disaksikan oleh Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez di Havana, Kuba, 24 Agustus 2016. REUTERS

TEMPO.CO, Bogota - Presiden Kolombia Juan Manuel Santos dan pemimpin pemberontak Marxis, Timochenko, meneken kesepakatan damai, Senin, 26 September 2016. Perdamaian tersebut mengakhiri perang setengah abad yang telah menewaskan seperempat juta orang.

Perdamaian disepakati setelah negosiasi panjang selama empat tahun di Havana, Kuba.

Santos, 65 tahun, dan Timochenko, mengakhiri perang revolusioner yang telah berlangsung selama 57 tahun, dengan berjabat tangan untuk pertama kalinya di tanah Kolombia, di depan para pemimpin dunia.

Sekitar 2.500 pejabat asing dan lokal akan menghadiri upacara di kota Cartagena. Papan iklan besar telah dipasang menyambutan perdamaian di Kolombia. "Aku tidak percaya hari ini akhirnya datang, kedamaian akan datang ke Kolombia," kata Juan Gamarra, 43, penjual perhiasan di Cartagena.

Kesepakatan untuk mengakhiri konflik terlama dalam sejarah Amerika Latin tersebut akan mengubah kelompok gerilya FARC pimpinan Timochenko menjadi partai politik. Mereka akan bertarung merebut suara konstituen bukan di medan perang seperti yang telah dilakukan sejak 1964.

Turut hadir dalam acara bersejarah tersebut, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, Presiden Kuba, Raul Castro, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry dan perwakilan dari para korban konflik.

Walau kesepakatan itu bernilai positif bagi perkembangan negara berekonomi terbesar di Amerika Selatan tersebut, di sisi lain justru memebawa perpecahan dalam peta perpolitikan.

Beberapa politisi berpengaruh, seperti mantan presiden Alvaro Uribe, tidak terlalu gembira dengan kesepakatan, yang dianggap memungkinkan pemberontak masuk kongres tanpa melalui proses hukum atas kejahatan perangnya.

Setelah diteken, kesepakatan perlu diratifikasi pada 2 Oktober mendatang. Namun diyakini bakal sesuai rencana lantaran mayoritas rakyat Kolombia menyambut baik kesepakatan perdamaian dengan kelompok pemberontak FARC (Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia) itu.

FARC, kelompok pemberontak beraliran Marxisme. Bermula dengan perjuangan dari petani kokain. Kelompok itu berkembang dan memiliki lebih dari 20 ribu pejuang perlawanan. Kini masih tersisa sekitar tujuh ribu.

Sesuai kesepakatan mereka wajib menyerahkan semua senjata kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan batas waktu 185 hari sejak kesepakatan ditandatangani. "Ini hari yang penting - sekarang kita bisa bertarung dalam politik, tanpa darah, tanpa perang," kata Duvier, seorang pemberontak yang telah 25 tahun bergabung dengan FARC.

Perekonomian Kolombia semakin membaik sejak proses perundingan damai mulai digelar beberapa tahun terakhir. Hal paling nyata dari kesepakatan damai adalah berkurangnya anggaran keamanan sehingga bisa dialokasikan untuk urusan lain.

Presiden Santos berharap perdamaian dapat menjadi modal politik untuk mendorong agenda ekonomi. Terutama reformasi pajak untuk mengkompensasi berkurangnya pemasukan negara akibat penurunan harga minyak.

REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | YON DEMA

Berita terkait

Kapal Turis Tenggelam di Kolombia, Sembilan Tewas

26 Juni 2017

Kapal Turis Tenggelam di Kolombia, Sembilan Tewas

Sebanyak sembilan orang tewas dan 28 lainnya hilang setelah sebuah kapal turis bertingkat yang membawa sekitar 170 penumpang tenggelam.

Baca Selengkapnya

Bertengkar dengan Suami, Perempuan Ini Telan Uang Rp 93,3 Juta  

5 Mei 2017

Bertengkar dengan Suami, Perempuan Ini Telan Uang Rp 93,3 Juta  

Seorang perempuan di Kolombia harus dioperasi setelah menelan uang kertas senilai US$ 7.000 atau sekitar Rp 93,3 juta setelah bertengkar dengan suaminya.

Baca Selengkapnya

Kolombia Makamkan Korban Banjir dan Tanah Longsor

4 April 2017

Kolombia Makamkan Korban Banjir dan Tanah Longsor

Menurutnya, Mocoa menerima sepertiga dari hujan bulanan berlangsung pada malam hari.

Baca Selengkapnya

Longsor dan Banjir Kolombia, Tim Pencari Korban Alami Kesulitan

3 April 2017

Longsor dan Banjir Kolombia, Tim Pencari Korban Alami Kesulitan

Tim pencari dan keluarga mengalami kesulitan menembus puing-
puing tertutup lumpur untuk mencari korban banjir dan longsor
di Kolombia

Baca Selengkapnya

Bencana Longsor, Presiden Kolombia Santos Umumkan Keadaan Darurat

2 April 2017

Bencana Longsor, Presiden Kolombia Santos Umumkan Keadaan Darurat

Presiden Kolombia Juan Manuel Santos mengumumkan keadaan darurat di Mocoa, lokasi banjir bandang dan tanah longsor yang menewaskan lebih 200 orang.

Baca Selengkapnya

Tanah Longsor di Kolombia Tewaskan 250 Orang

2 April 2017

Tanah Longsor di Kolombia Tewaskan 250 Orang

Mocoa adalah ibu kota Putumayo, dekat wilayah perbatasan Kolombia dengan Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tanah Longsor di Kolombia, 112 Orang Tewas

2 April 2017

Tanah Longsor di Kolombia, 112 Orang Tewas

Presiden Kolombia Juan Manuel Santos menuturkan setidaknya 112 tewas akibat tanah longsor yang melanda wilayah barat daya.

Baca Selengkapnya

Kunjungi Makam Escobar, Penyanyi Rap Wiz Khalifa Dikecam Kolombia

27 Maret 2017

Kunjungi Makam Escobar, Penyanyi Rap Wiz Khalifa Dikecam Kolombia

Pemerintah Kota Medellin, Kolombia
mengecam musikus rap asal Amerika
Serikat, Wiz Khalifa setelah merilis
foto kunjungannya ke makam Pablo
Escobar.

Baca Selengkapnya

Kongres Kolombia Setuju Berdamai dengan Pemberontak  

1 Desember 2016

Kongres Kolombia Setuju Berdamai dengan Pemberontak  

Kesepakatan itu mewajibkan sekitar 7.000 anggota FARC menyerahkan senjata dan mulai membentuk partai politik.

Baca Selengkapnya

Kolombia Perpanjang Gencatan dengan FARC hingga Akhir Tahun  

14 Oktober 2016

Kolombia Perpanjang Gencatan dengan FARC hingga Akhir Tahun  

Langkah ini ditempuh Santos untuk menyelamatkan pakta perdamaian yang kalah dalam referendum pada 2 Oktober lalu.

Baca Selengkapnya