Iran-Arab Saudi Memanas, Masjidil Haram Terserempet
Editor
Choirul Aminuddin
Kamis, 15 September 2016 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jeddah - Hubungan Iran- Arab Saudi kian memanas usai pelakasanaan ibadah haji 2016. Kedua negara yang bersaing pengaruh di Timur Tengah itu saling hujat mengenai pelaksanaan haji.
Pada sebuah pertemuan dengan utusan negara-negara Islam di Jeddah pada Selasa, 13 September 2016, Raja Salman meminta agar supaya pelaksanaan haji tidak dijadikan komoditi politik.
Utusan negara Islam itu antara lain Presiden Pakistan Mamnoon Hussein, Wakil Presiden Sudan Hasabo Mohammed Abdul Rahman, Perdana Menteri Niger Brigi Rafini, Perdana Menteri Yordania Hani Al-Mulki, Ketua Parlemen Turki Ismail Kahraman, Ketua dewan Nasional Mali Issaka Sidibé, dan Ketua DPR RI Ade Komarudin.
Baca: Puncak Haji, 1,3 Juta Jemaah Tiba di Arab Saudi
Raja Salman tak langsung menunjuk hidung Iran. Namun, dunia sudah mahfum tentang bagaimana hubungan konflik panjang kedua negara itu. Tragedi Mina pada musim haji tahun lalu, juga menyeret Iran lantaran muncul tuduhan keterlibatannya.
Sebelum Raja Salman meminta jangan ibadah haji dipolitisasi, pemimpin agung Iran, Ayatullah Khamenei, menyerang Kerajaan Arab Saudi mengenai prosesi haji terutama mengenai insiden robohnya crane pada 2015 yang menyebabkan lebih dari 2.000 jamaah meninggal yang 400 di antaranya asal Iran.
Menurut Iran, Saudi dianggap tak menunjukkan tanggung jawab memadai terhadap para korban tewas dan luka-luka. Sebelumnya, pada tahun lalu juga, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuntut Arab Saudi meminta maaf atas tragedi Mina yang memakan korban jiwa 769 orang.
"Masalah ini tidak akan dilupakan dan negara-negara yang jemaahnya menjadi korban akan terus mengusut kejadian itu secara serius. Daripada menuduh ini dan itu, Arab Saudi harus bertanggung jawab dan meminta maaf kepada semua umat Islam dan keluarga korban," kata Ali Khamenei sebagaimana disiarkan Press TV. "Arab Saudi telah gagal menjalankan tugasnya dalam menangani korban Mina."
"Haruskah kami menunjukkan reaksi kepada Arab Saudi, reaksi kami akan menyulitkan dan keras," Press TV mengutip pernyataan Khamenei dalam kata sambutan di Akademi Militer Iran, Rabu, 30 September 2015.
Baca pula: Crane Jatuh di Masjidil Haram
Sikap keras Khamenei itu dibalas tak kalah sengit oleh Mufti Besar Arab Saudi yang berkedudukan di Masjidil Haram, Sheikh Abdulazis Al Sheikh. Dalam pernyataannya yang dikutip oleh sejumlah media, Mufti mengatakan bahwa Syiah Iran bukan Islam karena mereka keturunan majusi atau beragama zoroaster yang menyembah berhala.
Serangan balasan tersebut justru menjadi bumerang bagi Sheikh Abdulazis Al Sheikh juga bagi kalangan Kerajaan. Jabatan Abdulaziz sebagai mufti justru dicopot oleh Raja Salman. Abdulaziz lantas digantikan oleh Sheikh Abdul Rahman al-Sudais, sebagaimana diberitakan oleh koran Rai al-Youm.
ARAB NEWS |CHOIRUL AMINUDDIN