Mahasiswa Maori Gelar Pawai Dukung Pembebasan Papua
Editor
Maria Rita Hasugian
Jumat, 26 Agustus 2016 12:50 WIB
TEMPO.CO, Wellington - Mahasiswa Maori di Selandia Baru berpawai sebagai dukungan untuk gerakan pembebasan Papua Barat. Pawai yang diadakan pada Kamis, 25 Agustus 2016, dilakukan dalam rangkaian kegiatan konferensi tahunan Te Huinga Tauira o Te Mana konga selama tiga hari (25-28 Agustus) yang diselenggarakan Ngi Tauira, Asosiasi Mahasiswa Maori ‘di Victoria University of Wellington.
“Peristiwa saat ini, Papua Barat bergema dengan sejarah bangsa kita,” kata Ivy Harper, pemimpin Te Mana konga, Asosiasi Nasional Mahasiswa Maori.
“Kami ingin menyoroti apa yang terjadi di sana (Papua Barat), seperti apa yang terjadi pernah dan sedang terjadi pada masyarakat adat lainnya,” ujar Harper kepada Jubi melalui sambungan telepon, Kamis, 25 Agustus 2016.
Ia menekankan bahwa masyarakat internasional saat ini menerima beberapa gerakan pembebasan tapi menolak gerakan pembebasan lainnya dan publik, terutama masyarakat Selandia Baru yang tidak melakukan apa-apa.
Pemimpin asosiasi mahasiswa lainnya, Raimona Tapiata, mengatakan para mahasiswa mulai memperkenalkan yel-yel “MA Tatou te reo Kawe nama mo te Hunga kua MU na nga auphitanga. Papua Merdeka” kepada publik Selandia Baru sebagai ajakan untuk mendukung pembebasan Papua Barat. “Orang-orang di Papua Barat dipenjara atau dibunuh hanya untuk berbicara bahasa mereka. Bagaimana mungkin kita tidak mengatakan sesuatu?” tutur Raimona Tapiata, Co-Tumuaki dari Ngi Tauira.
Ia menambahkan, suara mahasiswa Maori adalah suara yang mewakili orang Papua Barat yang tidak bisa bebas menuntut pembebasan. “Tapi kami juga ingin sesuatu yang lebih di Aotearoa. Bahasa Maori harus wajib tersedia di sekolah, bukan hanya subyek dalam kurikulum. Pendidikan kewarganegaraan juga harus diajarkan, sehingga orang tahu sejarah kita sendiri,” ucap Raimona.
Para mahasiswa ini diagendakan bertemu dengan anggota parlemen Marama Fox (Partai Maori), Catherine Delahunty (Partai Hijau), dan anggota parlemen lainnya di Parlemen.
“Kami ingin pemerintah Selandia Baru berbicara dalam forum internasional, sehingga orang Papua Barat bisa bebas untuk hidup. Kita tidak diam, sementara kekejaman di Papua Barat terjadi,” kata Raimona.