Sekretarus Jenderal PBB Ban Ki-moon. AP/Martin Mejia
TEMPO.CO, New York - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon, mengatakan secara pribadi dia ingin melihat wanita memimpin badan dunia itu untuk pertama kalinya sejak didirikan lebih dari 70 tahun lalu.
Ketika mendekati akhir masa jabatan periode keduanya yang berakhir pada 31 Desember ini, Ki-moon mengatakan "sekarang saatnya" bagi Sekjen wanita setelah delapan pria memimpin puncak organisasi dunia itu.
Untuk saat ini, 12 calon bertanding untuk menggantikan Ban, enam dari mereka adalah wanita. Namun, ia menegaskan keputusan bukan di tangannya, sebaliknya tergantung kepada 15 negara anggota Dewan Keamanan yang harus mengusulkan calon kepada Majelis Umum untuk persetujuan.
Ki-moon ditanya tentang kemungkinan wanita sebagai Sekjen PBB ketika kunjungan ke California minggu lalu. Ki-moon menegaskan wanita mencakup separuh penduduk dunia dan perlu diberi kesempatan yang sama.
"Kita ada banyak pemimpin wanita terkenal dan terkemuka dalam pemerintah dan organisasi lain, bahkan komunitas bisnis, politik, budaya, dan semua aspek kehidupan. Tidak ada alasan mengapa mereka tidak ada di PBB," kata Ki-moon.
Tanpa menyebut nama, Ki-moon mengatakan, banyak pemimpin terkemuka wanita yang bisa mengubah dunia, yang bisa bergaul aktif dengan pemimpin dunia lainnya.
Dewan Keamanan PBB telah dua kali mengadakan jajak pendapat untuk mengetahui elektabilitas ari ke 12 calon pengganti Ban Ki-moon. Dan berdasarkan jajak pendapat tersebut posisi calon wanita berada di bawah calon pria.
Para calon ketua PBB wanita tersebut, antara lain, Irina Bokova dari Bulgaria, yang mengepalai Unesco; Menteri Luar Negeri Argentina Susana Malcorra; mantan Menteri Luar Negeri Kroasia Vesna Pusic; mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark, yang memimpin Program Pembangunan PBB; Christiana Figueres dari Kosta Rika, pejabat PBB yang memainkan peran kunci dalam membentuk perjanjian bersejarah Desember lalu untuk memerangi perubahan iklim; dan mantan Menteri Luar Negeri Moldovan Natalia Gherman. GUARDIAN | INQUIRER | TVNZ | YON DEMA