Yuriko Koike (kana) dan pera pendukunya merayakan kemenangannya dalam pemilihan gubernur Tikyo, 31 Juli 2016. Kyodo/via REUTERS
TEMPO.CO, Tokyo- Sejarah baru tercipta pada pemilihan umum kepala daerah Tokyo, dengan Yuriko Koike terpilih sebagai gubernur wanita pertama kota itu dalam pemilihan yang berlangsung pada Minggu, 31 Juli 2016.
Koike yang maju dari jalur independen diumumkan sebagai pemenang berdasarkan penghitungan akhir. Dia unggul telak hingga hampir mendekati satu juta suara atas rival terdekatnya, Hiroya Masuda, yang didukung Perdana Menteri Shinzo Abe.
Dengan kemenangan itu, wanita berusia 64 tahun, yang juga mantan Menteri Pertahanan dan Lingkungan Hidup, akan memimpin Tokyo dengan populasi lebih dari 13 juta penduduk dan mengatur anggaran tahunan yang lebih besar daripada Swedia.
"Saya akan menjadikan Tokyo sebagai tempat tinggal lebih baik untuk semua orang dan menerapkan kebijakan baru yang belum pernah ada sebelumnya," katanya seperti dilansir The Japan Times, Senin, 1 Agustus 2016.
Koike yang berasal dari Partai Demokrat Liberal, selain berhasil mengalahkan Masuda yang disokong koalisi partai penguasa LDP-Komeito, mengalahkan veteran jurnalis Shuntaro Torigoe, yang didukung blok oposisi utama yang dipimpin Partai Demokrat dan Partai Komunis Jepang.
Penghitungan akhir menunjukkan Koike menang dengan mendapat 2.912.628 suara, jauh melebihi Masuda yang hanya didukung oleh 1.793.453 suara dan Torigoe 1.346.103 suara.
Ini bukan pertama kalinya Koike menciptakan sejarah dalam pemerintahan Jepang. Sebelumnya, dia pernah menjadi Menteri Pertahanan wanita pertama.
Salah satu tugas pertama Koike adalah mengunjungi Olimpiade di Rio de Janeiro yang akan dibuka pada 5 Agustus mendatang sebagai perwakilan Tokyo, yang juga akan menggelar turnamen berikutnya pada 2020.
Pemilu pada Minggu adalah yang keempat sejak 2011, setelah tiga gubernur sebelumnya mengundurkan diri sebelum masa tugas empat tahun mereka berakhir.
Shintaro Ishihara berhenti pada Oktober 2012 karena ingin membentuk partai politik baru, sedangkan Naoki Inose mengundurkan diri pada Desember 2013 setelah setahun memimpin karena terlibat skandal pembangunan rumah sakit Tokushukai. Pada Juni 2016, Yoichi Masuzoe mengundurkan diri setelah mendapat kritik terkait belanja politik, termasuk dugaan pembelian karya seni mahal.