Andrea Leadsom Siap Bertarung Perebutkan Posisi PM Inggris

Reporter

Editor

Natalia Santi

Minggu, 10 Juli 2016 12:58 WIB

Andrea Leadsom, salah satu kandidat perempuan PM Inggris. REUTERS/Peter Nicholls

TEMPO.CO, London - Meski dianggap minim pengalaman politik dibanding rivalnya, Theresa May, 60 tahun, Andrea Leadsom, 53 tahun, cukup diperhitungkan sebagai pesaing dalam pada pemilihan Perdana Menteri Inggris pada 9 September 2016 nanti.

Visi besar soal masa depan Inggris dan pengalaman panjangnya dalam bidang keuangan, merupakan keunggulan tersendiri. Leadsom adalah seorang bankir berpengalaman, Pernah menjabat direktur institusi keuangan di Barclays. Bersama-sama dengan Gubenur Bank of England, dia pernah pernah menghentikan dampak negatif pasca kolapsnya Bank Barings.

Berkat pengalamannya itu, lulusan Universitas Warwick ini pun ditunjuk menjadi anggota Treasury Select Committee, sebuah lembaga di bawah parlemen Inggris yang bertugas mengawasi keuangan negara.

Hingga akhirnya, Leadsom memutuskan untuk menghentikan 25 tahun karirnya di dunia perbankan dan keuangan, sesuatu yang dicita-citakannya sejak umur 13 tahun dan masuk di dunia politik.

Dia mulai menjabat di parlemen pada 2010 mewakili South Northhamptonshire. Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri David Cameron, Leadsom dipercaya menjadi Menteri Junior di Departemen Energi dan Perubahan Iklim.

Selama kampanye referendum keanggotaan Inggris di Uni Eropa, Leadsom menjadi sosok yang cukup vokal menyuarakan Brexit. Bersama mantan Walikota London, Boris Johnson dan anggota parlemen dari Partai Buruh, Gisela Stuart. Leadsom menyebut diri mereka “Dream Team” yang berjuang untuk keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

“Ini tidak hanya soal meninggalkan sesuatu (Uni Eropa), namun soal bagaimana hadir kembali di belahan negara lainnya,” kata Leadsom. Dia menekankan bahwa penting untuk melakukan negosiasi perdagangan bebas dengan negara-negara di luar Uni Eropa.

Berbeda dengan rivalnya May, Leadsom menegaskan bahwa dirinya akan secepatnya membuat Inggris keluar dari Uni Eropa jika terpilih sebagai Perdana Menteri. Dia berjanji akan menjamin hak-hak warga negara Uni Eropa yang tinggal dan bekerja di Inggris. Adapun penyesuaian baru akan diterapkan pada orang-orang yang datang setelah tanggal 23 Juni.

Baik May maupun Leadsom sama-sama mendukung upaya mengontrol masyarakat Uni Eropa yang masuk ke Inggris untuk tinggal dan bekerja.

Leadsom memiliki dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Wanita kelahiran 13 May 1963 ini berjanji, jika terpilih akan menciptakan keadian sosial yang lebih baik di Inggris. Dia akan fokus pada perbaikan kesehatan mental dan peningkatan kemampuan anak-anak muda, sehingga mereka lebih mudah untuk bisa masuk ke dunia kerja.

Selain piawai di bidang keuangan, Leadsom juga sosok yang sangat peduli pada permasalahan sosial. Dia ikut mendirikan sebuah lembaga amal untuk mempromosikan psikoterapi antara orangtua dan anak. Dia meyakini bahwa ikatan yang kuat antara orangtua dan anak-anak di masa-masa awal perkembangan dapat mencegah sifat-sifat anti sosial yang menghinggapi generasi muda di Inggris. " Kita harus mengakhiri lingkaran kesengsaraan yang terus diturunkan pada generasi mendatang," kata Leadsom.

BBC | FAJAR PEBRIANTO

Berita terkait

Rusia Dituduh Mengganggu Pemilu Inggris di Tahun 2019

17 Juli 2020

Rusia Dituduh Mengganggu Pemilu Inggris di Tahun 2019

Menteri Luar Negeri Dominic Raab mengungkapkan bahwa Pemerintah Rusia sempat mencoba mengganggu jalannya Pemilu Inggris di tahun 2019.

Baca Selengkapnya

Partai Konservatif Boris Johnson Menang Telak Pemilu Inggris

13 Desember 2019

Partai Konservatif Boris Johnson Menang Telak Pemilu Inggris

Partai Konservatif PM Boris Johnson memenangkan pemilu Inggris dengan mengalahkan Partai Buruh, dan melapangkan jalannya untuk janji Brexit.

Baca Selengkapnya

Keinginan Boris Johnson Terkabul, Inggris Akan Gelar Pemilu Dini

30 Oktober 2019

Keinginan Boris Johnson Terkabul, Inggris Akan Gelar Pemilu Dini

Inggris akan menggelar pemilu dini pada 12 Desember sesuai keinginan Boris Johnson setelah mendapat persetujuan Parlemen Inggris Selasa kemarin.

Baca Selengkapnya

PM Boris Johnson Kembali Gagal Gelar Pemilu Dini Inggris

29 Oktober 2019

PM Boris Johnson Kembali Gagal Gelar Pemilu Dini Inggris

Untuk ketiga kalinya, Boris Johnson gagal meloloskan RUU untuk pemilu dini setelah gagal mendapat suara mayoritas Parlemen Inggris.

Baca Selengkapnya

Kisruh Brexit, Boris Johnson Kembali Ditolak Parlemen Inggris

10 September 2019

Kisruh Brexit, Boris Johnson Kembali Ditolak Parlemen Inggris

Usulan pemilu dini yang diajukan Boris Johnson kembali ditolak oleh parlemen Inggris, yang tidak ingin Inggris keluar Uni Eropa dengan Brexit No Deal.

Baca Selengkapnya

Hasil Pemilu Inggris, Pemimpin Buruh Desak PM Theresa May Mundur

9 Juni 2017

Hasil Pemilu Inggris, Pemimpin Buruh Desak PM Theresa May Mundur

Pemimpin Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn mendesak Perdana Menteri Inggris Theresa May mundur setelah munculnya hasil sementara pemilu Inggris

Baca Selengkapnya

Pemilu Inggris Pasca-Brexit Digelar, 46,9 Juta Orang Beri Suara

8 Juni 2017

Pemilu Inggris Pasca-Brexit Digelar, 46,9 Juta Orang Beri Suara

Pemilu Inggris diikuti 46,9 juta orang untuk menentukan pemerintahan Inggris pasca-Brexit.

Baca Selengkapnya

Ekonom: Brexit, Rupiah Bisa sampai 13.600

24 Juni 2016

Ekonom: Brexit, Rupiah Bisa sampai 13.600

Rupiah diperkirakan bakal melemah jika warga Inggris memilih Brexit atau benar-benar keluar dari Uni Eropa.

Baca Selengkapnya

Pendukung Brexit Menang, Indonesia Bisa Kena Efek Domino  

24 Juni 2016

Pendukung Brexit Menang, Indonesia Bisa Kena Efek Domino  

Ada efek tak terduga yang mungkin akan menyambangi Indonesia jika Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa.

Baca Selengkapnya

Pendukung Brexit Unggul di Sunderland, Pound Sterling Melemah  

24 Juni 2016

Pendukung Brexit Unggul di Sunderland, Pound Sterling Melemah  

Pound sterling melemah 4,4 persen terhadap dolar Amerika Serikat setelah pendukung Brexit unggul di Sunderland.

Baca Selengkapnya