5 Tahun Tragedi Fukushima, Bagaimana Radiasi di Pasifik?

Reporter

Selasa, 5 Juli 2016 12:51 WIB

Kompleks nuklir Fukushima Dai-ichi di Okumamachi, Jepang, 2011. Pembangkit tenaga nuklir Jepang ini sempat menghebohkan dunia saat terjadinya gempa mengakibatkan tsunami, sehingga merusak pembangkit nuklir ini dan berdampak luas pada lingkungan dan air jepang bahkan dunia. (cryptome.org)

TEMPO.CO, Sydney - Tragedi nuklir di Fukushima, Jepang, pada 2011 lalu memuntahkan cairan dan gas dengan tingkat radiasi tinggi ke Samudera Pasifik. Setelah lima tahun berlalu, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa level radiasi di Samudera Pasifik menurun dan berangsur normal.

”Pada 2011 saja, setengah dari sampel ikan yang diuji dari pantai Fukushima mengandung material radioaktif dengan level berbahaya. Namun pada 2015, angka itu jauh menurun, hingga saat ini hanya 1 persen di atas level aman,” ujar Pere Masque, peneliti dari Universitas Edith Cowan, Australia Barat, dalam laporan penelitian tahunan yang dimuat di Annual Review of Marine Science.

Gempa berkekuatan hingga mencapai 9 skala richter di kawasan Fukushima, Jepang, pada 11 Maret 2011 menyebabkan muntahan besar material radioaktif ke laut. Pemerintah Jepang memutuskan menutup belasan reaktor nuklir setelah gempa besar tersebut. Akibat insiden ini, puluhan ribu keluarga terpaksa mengungsi dan tidak bisa kembali ke rumah mereka lantaran di sekitar reaktor Fukushima terkontaminasi radio aktif.

Penelitian dilakukan selama lima tahun lalu oleh Scientific Committee on Oceanic Research. Penelitian yang melibatkan sejumnlah ahli menyebutkan bahwa material radioaktif Fukusima menyebar hingga ke pinggiran pantai Amerika Serikat. Namun setelah menganalisis data dari 20 penelitian Radioactivity Associated ditemukan fakta bahwa level radiasi di Samudera Pasifik mulai menurun sangat cepat hingga 10 juta kali. ”Menurun, kini 1 persen di atas level aman,” ujar Masque.

Meski begitu, dalam studi ini juga ditemukan fakta bahwa dasar laut dan area sekitar pelabuhan Fukushima masih terkontaminasi radioaktif tinggi. ”Pemantauan level radioasi dan organisme laut di area tersebut memang harus terus dilakukan,” ujar Professor Radiokimia Lingkungan dari Universitas Edith Cowan, Australia Barat, itu.

Masque menambahkan bahwa dalam studi tersebut, dilakukan pengujian kandungan radioaktif sesium mulai dari sepanjang pantai Jepang hingga Amerika Utara. Sesium adalah material kimia yang larut dalam air dan digunakan untuk menguji kandungan radioaktif air laut.

Selain itu, upaya merestorasi wilayah Fukushima agar bisa dihuni kembali menjadi hal yang sangat penting dalam kebijakan pemerintah Jepang. Musababnya, pemerintah Jepang sangat ingin membuktikaan bahwa nuklir adalah sumber energi yang akan dapat berjalan terus, hal ini sangat penting bagi negara yang minim akan sumber daya alam untuk pembangkit energi.

| CHANNEL NEWS ASIA | FAJAR PEBRIANTO (MAGANG)

Berita terkait

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

4 jam lalu

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

Top 3 dunia pada 2 Mei 2024, di antaranya pelapor yang menuduh Boeing telah mengabaikan cacat produksi 737 MAX, meninggal.

Baca Selengkapnya

Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

13 jam lalu

Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

Pemasangan dinding diharapkan bisa mencegah orang berkumpul di seberang jalan untuk mengambil foto Gunung Fuji di Jepang dan mengganggu sekitar.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

17 jam lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

20 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

1 hari lalu

Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

Piala Thomas 2024 menjadi turnamen keenam yang diikutinya sepanjang karier Kento Momota sejak debut di ajang ini 2014.

Baca Selengkapnya

Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

1 hari lalu

Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

Album SEVENTEEN menduduki peringkat pertama tanggal album utama di Jepang, tapi baru-baru ini viral video album itu dibuang

Baca Selengkapnya

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

1 hari lalu

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

Yakiniku yang disajikan dalam Jyubako atau bento box memberikan kesan menarik dengan makanan yang bervariasi, kaya nutrisi, dan terkontrol porsinya.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

1 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

2 hari lalu

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

2 hari lalu

Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

Faktanya, ini bukan kasus pertama karena peretasan data dalam game-game Pokemon merajalela di antara pemain curang.

Baca Selengkapnya