Twilight Over Burma: My Life as a Shan Princess. nationmultimedia.com
TEMPO.CO, Yangoon - Myanmar telah membatalkan pemutaran sebuah film setelah dianggap menggambarkan 49 tahun kekuasaan militer yang keras dan represif.
Seperti dilaporkan Channel News Asia, Rabu, 15 Juni 2016, film Twilight Over Burma: My Life as a Shan Princess, yang disutradarai oleh pembuat film Austria Sabine Derflinger, ditarik dari malam pembukaan Festival Film Internasional Human Rights Human Dignity Manusia di Yangon, Selasa lalu, setelah ditolak oleh lembaga sensor.
"Dewan Sensor menemukan Twilight Over Burma dapat menyebabkan perpecahan di antara ras nasional, sehingga mereka memutuskan bahwa film ini tidak seharusnya ditunjukkan ke publik," kata Myo Myint Maung, Sekertaris Kementerian Informasi.
Maung menambahkan, "Ada kriteria tertentu yang digunakan untuk menyensor film Myanmar. Poin penting adalah bahwa isu-isu yang dapat mempengaruhi persatuan di antara ras nasional seharusnya tidak diperbolehkan," tambahnya.
Film itu menceritakan kisah nyata tentang Inge Sargent, wanita Austria yang menikahi Sao Kya Seng, seorang pangeran --atau saopha-- dari etnis minoritas Myanmar, etnis Shan.
Sao Kya Seng, yang mendorong reformasi tanah dan aktif dalam politik Shan, ditahan oleh militer setelah melakukan kudeta pada 1962. Kematiannya tidak pernah dijelaskan sepenuhnya.
Seperti diketahui, kelompok separatis dan gerilyawan pejuang otonomi dari beberapa suku minoritas telah melawan pemerintah pusat selama beberapa dekade, menyebarkan ketidakpercayaan yang mendalam pada militer, yang didominasi suku mayoritas Bamar atau Burman.
Gerilyawan dan kelompok hak asasi manusia juga telah lama mengeluhkan pelanggaran hak asasi yang dilakukan tentara.
Militer Myanmar membantah telah melakukan pelanggaran dan selama beberapa dekade menggambarkan diri mereka sebagai satu-satunya lembaga yang mampu mengendalikan negara yang beragam menjadi solid.
Derflinger, pembuat film, tidak menanggapi permintaan untuk konfirmasi atas pelarangan tersebut.