Para Biksu memainkan terompet tradisional saat peringatan 50 tahun berdirinya Daerah Otonomi Tibet, di Istana Potala, Lhasa, Tibet, 8 September 2015. Dalai Lama membantah ia menginginkan kemerdekaan. Ia mengatakan hanya menginginkan otonomi seutuhnya untuk Tibet. REUTERS
TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu dengan Dalai Lama di Gedung Putih, Rabu, 15 Juni 2016. Pertemuan yang berlangsung tertutup di Map Room itu mendapatkan kecaman dari Cina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang, seperti dikutip kantor berita BBC, Kamis 16 Juni 2016, mengatakan pertemuan itu akan merusak hubungan bilateral antara Cina dan Amerika Serikat. "Dengan adanya pertemuan itu, akan tercipta sebuah sinyal dukungan bagi kemerdekaan dan tindakan separatis," ucap Lu Kang. "Hal itu akan membahayakan rasa saling percaya dan kerja sama Cina dengan AS."
Cina, berdasarkan laporan kantor berita Reuters, akan tegas menentang segala upaya yang memanfaatkan isu Tibet dan merusak stabilitas wilayahnya. Cina memperingatkan Amerika Serikat agar menepati janjinya mengakui Tibet sebagai bagian dari Cina dan tak mendukung kemerdekaan Tibet.
Lu Kang menyatakan Dalai Lama bukanlah figur yang benar-benar religius, tapi seseorang yang menggunakan agama untuk melakukan kegiatan separatisme serta kegiatan anti-Cina.
Bukan kali ini saja Obama bertemu dengan tokoh spiritual Budha Tibet itu. Obama bertemu dengan Tenzin Gyatso pada 2014. Dalai Lama, dalam pernyataannya, menganggap Obama merupakan kawan sepanjang masa. Dia memuji jasa Obama dalam memulihkan relasi Amerika Serikat dengan Kuba dan Iran.
Pada pertemuan Obama dan Dalai Lama pada 2014, Cina juga geram karena Obama menyatakan dukungan atas hak-hak asasi manusia masyarakat Tibet. Padahal Cina menyatakan bergabungnya Tibet pada 1951 merupakan sebuah "pembebasan damai" dan telah membawa kemajuan bagi Tibet.