TEMPO.CO, Manila - Rodrigo Duterte resmi menjadi presiden ke-16 Filipina pada Senin, 30 Mei 2016. Kongres gabungan atau parlemen menyatakan Duterte sah sebagai pemenang pemilu 9 Mei mengalahkan Benigno Aquino yang harus mundur bulan depan setelah enam tahun berkuasa.
Mantan Walikota Davao yang berkampanye menghancurkan kejahatan kini menghadapi tugas besar memperbaiki infrastruktur, menciptakan lapangan kerja dan mengangkat lebih dari seperempat dari 100 juta jumlah penduduk Filipina keluar dari kemiskinan.
"Dengan ini saya menyatakan Rodrigo Roa Duterte dan Maria Leonor Gerona Robredo sebagai presiden dan wakil presiden terpilih Republik Filipina," kata Senator Franklin Drilon dan anggota Kongres Feliciano Belmonte seperti dilansir Reuters.
Robredo adalah sekutu Aquino. Dia mengalahkan putra diktator Ferdinand Marcos untuk menduduki posisi wakil presiden.
Duterte, 71, memenangkan suara hampir 40 persen dari 44 juta pemilih. Pemilih terpikat oleh keberhasilannya melawan kejahatan di Davao, meskipun beberapa kebijakannya mendapat protes dari pegiat hak asasi manusia.
Dia dituduh membiarkan perlakuan main hakim sendiri dan pembunuhan dalam menindak pelaku kejahatan. Para kritikus khawatir ia akan melakukan itu pada skala yang lebih besar sebagai presiden. Dia membantah berada di balik pembunuhan, tapi tidak mengutuknya.
Duterte juga mengatakan akan melanjutkan kebijakan ekonomi pendahulunya, yang berfokus pada infrastruktur dan efisiensi fiskal, untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 7-8 persen.
Kepada kelompok minoritas, ia berjanji akan berdamai dengan gerilyawan Marxis dan bahkan menawari peran pemimpin pemerintah mereka.
Bahkan untuk distribusi kekuasaan dan kekayaan yang lebih merata, ia telah meminta Kongres untuk merevisi konstitusi 1987, memungkinkan sistem pemerintahan yang lebih federal untuk mengakomodasi pemberontak Muslim di selatan.
Adapaun Duterte yang tidak hadir saat pengumuman karena sedang berada di Davao, akan mengumumkan kabinetnya besok, 31 Mei.
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.