Seorang warga menggendong anak perempuan setelah terjadinya serangan udara yang menghantam kota Aleppo, Suriah, 28 April 2016. Serangan ini berpusat pada wilayah yang dikuasai pemberontak yang menewaskan 61 orang. REUTERS
TEMPO.CO, Tokyo - Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida mengatakan pemerintah Jepang telah menganalisis satu foto terbaru yang menampilkan warganya sebagai sandera kelompok ekstremis. Foto yang diunggah ke Internet pada Minggu malam, 29 Mei 2016, menunjukkan seorang pria berjanggut mengenakan pakaian berwarna oranye sedang menunjukkan pesan yang ditulis dalam bahasa Jepang.
"Tolong bantu saya. Ini adalah kesempatan terakhir saya," tulis pesan dengan mencantumkan nama "Jumpei Yasuda".
Jepang yakin pria yang disandera itu adalah Yasuda, jurnalis lepas sejak 2003. Ia ditangkap dan disandera oleh ekstremis yang diduga Front Nusra di Bagdad, Irak, pada 2004.
Juru bicara Kabinet, Yoshihide Suga, mengatakan pemerintah akan melakukan apa pun yang terbaik untuk membebaskan dia.
"Karena keselamatan warga Jepang adalah tugas kami yang paling penting, kami memanfaatkan jaringan luas informasi dan melakukan segala hal yang kami bisa untuk menanggapi," kata Suga dalam konferensi pers.
Tentang Front Nusra yang berafiliasi dengan Al-Qaeda sebagai penyandera Yasuda, Suga mengatakan kelompok ekstremis itu kemungkinan penyanderanya. "Hal semacam itu dapat terjadi," katanya. Tapi ia menolak untuk merinci lebih lanjut.
Pemerintah Jepang pada Senin, 30 Mei 2016, mengatakan akan berupaya membebaskan Yasuda, jurnalis yang banyak meliput di wilayah Timur Tengah. Yasuda sejatinya telah menjadi perhatian publik pada Maret 2016, ketika video muncul menunjukkan dia membacakan pesan ke negara dan keluarganya. Media Jepang mengatakan saat itu ia ditangkap oleh Front Nusra setelah memasuki Suriah dari Turki pada Juni 2015.
Pada Desember tahun lalu, Reporters Without Borders meminta maaf atas laporannya yang menyebut Yasuda telah terancam dieksekusi di Suriah.