Kenapa AS dan Rusia Paling Berperan Meredam Perang Nuklir?

Reporter

Jumat, 29 April 2016 12:44 WIB

Rudal nuklir DF-31/-31A atau biasa disebut Dong Feng, rudal nuklir milik Tiongkok yang dikembangkan dari rudal Rusia. Senjata ini sanggup diluncurkan dari darat atau dari dalam laut, dan termasuk ke dalam kelas InterContinental Ballistic Missile (ICBM). Dengan hulu ledak berkekuatan 1MT, mampu menjangkau 11.700 Km. armyrecognition.com

TEMPO.CO, Georgia - Ancaman serangan senjata nuklir saat ini lebih besar daripada selama Perang Dingin. Mantan Senator Amerika Serikat Sam Nunn dan mantan Sekretaris Pertahanan Amerika William Perry menyatakan itu di hadapan para peserta seminar di Universitas Georgia awal pekan lalu.

Sejak Amerika menjatuhkan dua bom atom di kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, 71 tahun lalu, tidak ada satu pun negara atau individu yang menggunakan senjata nuklir untuk menyerang musuh. Saat ini, sebelas negara memiliki senjata nuklir, termasuk dua yang terus memproduksi, Iran dan Korea Utara.

Di hadapan para peserta seminar di Universitas Georgia, Selasa, 26 April 2016, Nunn menjelaskan, siapa pun berpeluang menggunakan senjata nuklir untuk menyerang dan mengalahkan musuh saat ini. "Hal yang saya khawatirkan adalah kita berada dalam era baru ketika negara-negara tidak lagi memiliki monopoli senjata nuklir atau bahan atau pengetahuan," kata Nunn, seperti dikutip dari Onlineathens.com, 26 April 2016.

Menurut dia, pertahanan terbaik menghadapi kenyataan tersebut adalah menjaga agar bahan nuklir tidak tersalurkan ke negara-negara yang membuat senjata nuklir.

Perry, mantan Menteri Pertahanan pada masa Presiden Bill Clinton, mengatakan situasi saat ini diuntungkan dengan sikap Uni Soviet dan Amerika Serikat yang tidak pernah meluncurkan rudal nuklir satu sama lain.

Amerika setidaknya tiga kali menerima peringatan palsu bahwa militer Soviet telah meluncurkan serangan nuklir, sementara sebaliknya Soviet mendapat dua peringatan. "Bahaya saat itu adalah dua kali lipat," ujarnya. "Perang dapat terjadi karena peringatan palsu, salah perhitungan."

Menurut dia, cara paling tepat dan penting untuk mencegah perang nuklir adalah mengembalikan hubungan diplomatik Amerika dan Rusia.

Pada kesempatan itu, Perry juga memperingatkan ancaman nyata kelompok ISIS yang bisa mendapat bahan nuklir dan membuat apa yang disebut "bom kotor". "Itu tidak akan membunuh banyak orang, dibandingkan dengan sebuah bom atom, tapi itu akan menghancurkan daerah huni yang luas, mengganggu perekonomian, dan memaksa terjadinya migrasi besar-besaran," tuturnya.

Dia mengatakan cara paling tepat dan penting untuk mencegah perang nuklir adalah mengembalikan hubungan diplomatik Amerika dan Rusia.

ONLINEATHENS.COM | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Daftar Negara Peserta dan Pembagian Grup Piala Eropa 2024 Usai Georgia, Ukraina, dan Polandia Lolos

36 hari lalu

Daftar Negara Peserta dan Pembagian Grup Piala Eropa 2024 Usai Georgia, Ukraina, dan Polandia Lolos

Tiga negara dipastikan termasuk dalam 24 negara yang lolos ke putaran final Piala Eropa 2024 atau Euro 2024 pada Kamis dinihari, 27 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Georgia Jadi Medan Pertempuran Bagi Biden dan Trump

52 hari lalu

Georgia Jadi Medan Pertempuran Bagi Biden dan Trump

Negara bagian Georgia dianggap sebagai medan pertarungan krusial kandidat Republik Donald Trump dengan petahana Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Georgia, Medan Pertempuran Sulit Bagi Biden dan Trump, Mengapa?

53 hari lalu

Georgia, Medan Pertempuran Sulit Bagi Biden dan Trump, Mengapa?

Georgia menjadi penentu kemenangan dramatis Biden atas Trump pada 2020, apakah peristiwa itu akan berulang?

Baca Selengkapnya

Lukisan Stalin di Gereja Dinodai, Ribuan Warga Georgia pro Rusia Protes

14 Januari 2024

Lukisan Stalin di Gereja Dinodai, Ribuan Warga Georgia pro Rusia Protes

Potes besar diadakan di Georgia menuntut hukuman berat bagi seorang wanita yang dituduh menodai ikon agama berupa lukisan diktator Soviet Josef Stalin

Baca Selengkapnya

Mantan Pengacara Donald Trump Diminta Kompensasi Rp2,2 T setelah Fitnah Petugas Pilpres AS 2020

16 Desember 2023

Mantan Pengacara Donald Trump Diminta Kompensasi Rp2,2 T setelah Fitnah Petugas Pilpres AS 2020

Juri pengadilan AS memerintahkan mantan pengacara Donald Trump membayar kompensasi kepada dua petugas pemilu yang dia fitnah atas kecurangan dalam pilpres 2020.

Baca Selengkapnya

Trump Berencana Menyerahkan Diri atas Dakwaan Membalikkan Hasil Pemilu 2020

22 Agustus 2023

Trump Berencana Menyerahkan Diri atas Dakwaan Membalikkan Hasil Pemilu 2020

Mantan Presiden Donald Trump berencana menyerahkan diri dan diproses di Atlanta sehubungan dengan dakwaannya di Georgia.

Baca Selengkapnya

Diusir Zelensky, Dubes Georgia Tinggalkan Ukraina

6 Juli 2023

Diusir Zelensky, Dubes Georgia Tinggalkan Ukraina

Duta Besar Georgia untuk Ukraina Giorgi Zakarashvili diperintahkan pulang oleh Presiden Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

PM Georgia Takut Jatuhi Sanksi ke Rusia, Apa Alasannya?

24 Mei 2023

PM Georgia Takut Jatuhi Sanksi ke Rusia, Apa Alasannya?

Perdana Menteri Georgia mengakui pemerintahnya tidak mampu menjatuhkan sanksi terhadap Rusia meski 20 persen wilayahnya dicaplok.

Baca Selengkapnya

Sebut Unjuk Rasa sebagai Provokasi, PM Georgia Minta Presiden Zelensky Tidak Ikut Campur

13 Maret 2023

Sebut Unjuk Rasa sebagai Provokasi, PM Georgia Minta Presiden Zelensky Tidak Ikut Campur

Perdana Menteri Georgia Irakli Garibashvili meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk tidak mencampuri situasi politik di negaranya

Baca Selengkapnya

Protes Kedua RUU Agen Asing di Georgia Dibubarkan Gas Air Mata

9 Maret 2023

Protes Kedua RUU Agen Asing di Georgia Dibubarkan Gas Air Mata

Polisi di Georgia menggunakan gas air mata, meriam air, dan granat kejut untuk membubarkan massa protes RUU agen asing.

Baca Selengkapnya