ISIS Mulai Krisis Keuangan dan Simpatisan

Reporter

Rabu, 27 April 2016 10:12 WIB

Para militan ISIS menyalibkan para korbannya dengan menutup mata mereka saat akan dieksekusi di jalanan kota Raqqa. Aktivis Raqqa melaporkan eksekusi berlangsung pada 2 April lalu. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Washington - Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengeluh karena dananya mulai menipis dan para pejuangnya mulai enggan berperang di garis depan medan laga. Keterangan itu disampaikan Deputi Komando Perlawanan Koalisi ISIS Mayor Jenderal Peter E. Gersten kepada wartawan, Selasa, 26 April 2016.

Pernyataan itu diperkuat dokumen internal ISIS mengenai perjuangan kelompok itu memperoleh dana tunai untuk membiaya sejumlah keperluan. ISIS juga meminta para pejuangnya hemat listrik dan tidak menggunakan mobil organisasi demi kepentingan pribadi.

"Moral para pejuang ISIS mulai menurun. Bahkan, dalam beberapa kasus, para dokter menolak bertugas di garis depan," bunyi dokumen tersebut.

Baca:
ISIS Bersumpah Hancurkan Kabah Jika Kuasai Mekah
Konvoi ISIS di Libya Diserang Jet Tempur

Gersten mengatakan kepada wartawan, serangan terhadap keuangan ISIS dan personelnya telah mengurangi semangat pejuang asing bergabung dengan ISIS, dari 1.500-2.000 per bulan menurun menjadi 200 per bulan. "Kami saat ini menyaksikan kian meningkatnya jumlah pejuang yang desersi, termasuk penurunan moral. Kami melihat ketidakmampuan mereka membayar gaji. Para pejuang mulai meninggalkan ISIS," ucap Gersten.

Sejak Oktober 2015, Amerika Serikat selaku pemimpin pasukan koalisi perang melawan ISIS menggempur sasaran infrastruktur industri minyak dan fasilitas penyimpanan dana tunai milik ISIS sebagai upaya melibas sumber keuangan kelompok tersebut.

Baca: Kumpulan Berita ISIS

Gersten menuturkan serangan pasukan koalisi telah berhasil menghancurkan US$ 300-800 juta atau sekitar Rp 3,95-10,5 triliun. Dia berjanji serangan akan berlanjut untuk menghancurkan keuangan ISIS. "Jika mereka memperoleh tagihan satu dolar di jalan untuk membangun senjata, saya akan ke sana untuk mendapatkan satu dolar itu," ujar Gersten.


CNN | CHOIRUL AMINUDDIN





Advertising
Advertising

Berita terkait

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

2 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

3 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

5 hari lalu

Harga Emas Turun, Analis: Kekhawatiran terhadap Konflik Timur Tengah Mereda

Analisis Deu Calion Futures (DCFX) menyebut harga emas turun karena kekhawatiran terhadap konflik di Timur Tengah mereda.

Baca Selengkapnya

Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

5 hari lalu

Ekonom: Rupiah Hadapi Tekanan, BI Sebaiknya Tak Naikkan Suku Bunga Acuan

Rupiah saat ini sedang menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal.

Baca Selengkapnya

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

6 hari lalu

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

PT Pertamina Patra Niaga memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tidak terganggu meski ada konflik di Israel dan Iran.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

7 hari lalu

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

Kepala Ekonom BCA David Sumual merespons pelemahan rupiah. Ia menilai depresiasi rupiah karena ketegangan konflik geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

7 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

7 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya