Indonesia Ingin Perdagangan Bebas dengan Uni Eropa

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Jumat, 22 April 2016 02:05 WIB

Presiden Joko Widodo, bertemu Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk di Brussel, 21 April 2016. Tempo/Asmayani Kusrini

TEMPO.CO, Brussels -Kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke markas besar Uni Eropa di Brussels, Belgia menjadi lawatan bersejarah menandai Indonesia sebagai negara Asia Tenggara pertama yang memiliki kesepakatan hubungan dan kerjasama (PCA) dengan Uni Eropa.

Koresponden Tempo di Brussels melaporkan, lawatan kali ini pesan kuat untuk membuka ekonomi Indonesia ke dunia dan kesiapan Indonesia ikut persaingan ekonomi yang terbuka.

PCA itu diikuti rangkaian pembicaraan intensif persiapan Scooping Papers, yang menunjukkan komitmen negoisasi solid Comprehensive Economic Partnership (CEPA). CEPA akan membebaskan perdagangan dalam barang dan jasa dan membuka investasi serta pasar di Indonesia.

Presiden Jokowi, Kamis, 21 April 2016 berturut-turut bertemu Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker terkait kemajuan CEPA.

“Scooping Papers yang menjadi syarat utama melakukan negoisasi CEPA akhirnya selesai,” kata Presiden Jokowi dalam pernyataan bersama didampingi Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker di kantor parlemen Bermaymont, Uni Eropa, Brussels.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menuturkan Scooping Papers sudah dibahas bertahun-tahun tapi belum selesai-selesai. “Kemudian presiden memberikan arahan ke Menteri Perdagangan dan koordinasi pada tingkat menteri untuk mempercepat penyelesaiannya,” ujar dia, Kamis, 21 April 2016.

Menteri Retno menyebutkan dalam perjalanan dari London, Inggris, menuju Brussels, Presiden Jokowi menerima laporan dari Menteri Perdagangan bahwa draft Scooping Papers itu akhirnya selesai juga.

Retno juga memberi latar belakang dengan memposisikan produk Indonesia dengan produk Uni Eropa sebagai produk yang compatible. “Artinya apa yang dihasilkan oleh Indonesia adalah produk yang tidak diprosuksi oleh negara-negara UE dan sebaliknya. Sehingga produk Indonesia dan Uni Eropa saling melengkapi,” kata dia.

Kedua, dalam sejarah perdagangan kita, Indonesia selalu dalam posisi surplus dengan Uni Eropa sehingga dengan CEPA ini perdagangan kian meningkat dan menguntungkan kedua pihak. “Tetapi dengan CEPA sesuai namanya, kita berbicara tidak hanya soal perdaganan bebas tetapi aspek invesitasi, aspek pembangunan dan lainnya,” Retno menambahkan.

Adapun Direktur Perundingan Bilateral Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono yang ikut dalam rombongan berharap CEPA bisa mengangkat posisi tawar Indonesia. Karena tak hanya memperluas peluang dan mendorong akses pasar bagi orang Indonesia yang memiliki keahlian khsus untuk bergerak bebas masuk Uni Eropa. “Misalnya rencana bebas visa yang akan dikaitkan dengan bidang jasa.”

ASMAYANI KUSRINI (BRUSSELS)

Berita terkait

Kisah Editha, Lulusan Unpad yang Terlibat di Ajang Bergengsi Kepresidenan Prancis Dewan Uni Eropa

9 Juli 2023

Kisah Editha, Lulusan Unpad yang Terlibat di Ajang Bergengsi Kepresidenan Prancis Dewan Uni Eropa

Editha Nurida merupakan lulusan Universitas Padjadjaran atau Unpad yang pernah terlibat dalam acara bergengsi PFUE pada 2022.

Baca Selengkapnya

Perang Rusia Ukraina, Mahasiswa Indonesia di Moskow Rasakan Dampak Akademik

4 Maret 2022

Perang Rusia Ukraina, Mahasiswa Indonesia di Moskow Rasakan Dampak Akademik

Sanksi ke Rusia oleh Barat dirasakan Amalia, mahasiswa Indonesia di Moskow. Ia terancam tak bisa ikut konferensi di Harvard dan sekolah di Prancis.

Baca Selengkapnya

Populasi Orang Muda Jerman Terus Menurun

12 Agustus 2020

Populasi Orang Muda Jerman Terus Menurun

Berdasarkan data Destatis, jumlah populasi orang muda Jerman berusia 15-24 tahun mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Baca Selengkapnya

Terima Delegasi Uni Eropa, Jokowi Protes Soal Diskriminasi Sawit

28 November 2019

Terima Delegasi Uni Eropa, Jokowi Protes Soal Diskriminasi Sawit

Saat menerima kunjungan delegasi European Union-ASEAN Business Council, Jokowi menyampaikan protes soal diskriminasi sawit.

Baca Selengkapnya

Sawit Terjepit, Luhut Ancam Balik Industri Pesawat Eropa

20 Maret 2019

Sawit Terjepit, Luhut Ancam Balik Industri Pesawat Eropa

Luhut mengancam akan melarang produk Eropa masuk ke Indonesia, termasuk pesawat, jika boikot sawit tetap diberlakukan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Utus Luhut untuk Negosiasi Penolakan Sawit oleh Uni Eropa

8 April 2018

Jokowi Utus Luhut untuk Negosiasi Penolakan Sawit oleh Uni Eropa

Presiden Jokowi mengutus Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan untuk menyelesaikan masalah penolakan sawit oleh Uni Eropa.

Baca Selengkapnya

Kerja Sama Ekonomi Uni Eropa-Indonesia Bakal Dongkrak Investasi

8 Februari 2018

Kerja Sama Ekonomi Uni Eropa-Indonesia Bakal Dongkrak Investasi

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Gurend yakin kerja sama Uni Eropa dan RI bakal mendorong perdagangan dan investasi.

Baca Selengkapnya

Minyak Kelapa Sawit Didiskriminasi Eropa, Menlu Retno Kesal

2 Februari 2018

Minyak Kelapa Sawit Didiskriminasi Eropa, Menlu Retno Kesal

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku kesal karena minyak kelapa sawit Indonesia didisikriminasi oleh Parlemen Eropa

Baca Selengkapnya

Parlemen Uni Eropa Tolak Biofuel Sawit, Pemerintah RI Kecewa

23 Januari 2018

Parlemen Uni Eropa Tolak Biofuel Sawit, Pemerintah RI Kecewa

Parlemen Eropa menyetujui penghentian penggunaan biofuel berbahan dasar kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan pada 2021.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Putuskan Uber Ikuti Regulasi Perusahaan Taksi

20 Desember 2017

Uni Eropa Putuskan Uber Ikuti Regulasi Perusahaan Taksi

Perusahaan taksi online, Uber, diharuskan mengikuti regulasi yang diberlakukan terhadap taksi konvensional.

Baca Selengkapnya