Sejumlah umat Yahudi membaca kitab suci Yahudi saat berdoa di Tembok Ratapan, Yerusalem, Israel, 25 Februari 2016. Tembok Ratapan merupakan sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Herodes. AP Photo/Sebastian Scheiner
TEMPO.CO, Yerusalem - Selama berabad-abad, kunci untuk salah satu situs tersuci bagi umat Kristen dipegang oleh keluarga Muslim. Lebih dari sekadar tradisi, inilah inti dari Yerusalem. Kebiasaan semacam ini adalah bagian dari apa yang membuat sejarah, budaya dan agama di Kota Tua tersebut begitu istimewa. Laporan ini dimuat di CNN pada 27 Maret 2016.
Adeeb Joudeh adalah salah satu juru kunci di Gereja Makam Suci. Tempat ini dipercaya umat Kristen sebagai tempat Yesus Kristus disalibkan dan dimakamkan. Gereja ini adalah salah satu tempat paling suci bagi umat Kristen dan banyak denominasi Kristen berbagi ruang suci di tempat ini untuk berdoa. Ribuan peziarah dari seluruh dunia melakukan ziarah di sini saat libur Paskah.
Keluarga Joudeh telah menjadi juru kunci selama beberapa generasi di sana. Di rumahnya, Joudeh menyimpan segepuk dokumen penuh gambar kakek hingga kakek buyutnya yang pernah mengemban tugas suci ini. Keluarganya telah mengikat diri dalam kontrak bersejarah untuk meneruskan pekerjaan ini kepada generasi selanjutnya.
Perjanjian tersebut ditulis pada perkamen dan ditandatangani dengan tinta emas. Di atasnya tertulis tahun 1517. Perjanjian ini dibuat antara nenek moyang Muslim Joudeh dan orang-orang Kristen yang dulu.
"Ini adalah warisan keluarga," kata Joudeh, seperti yang dikutip CNN. "Kami menganggap tempat ini sebagai bagian dari keluarga. Pekerjaan ini merupakan kehormatan tidak hanya bagi keluarga kami. Ini merupakan kehormatan bagi seluruh umat Islam di dunia,” katanya.
Tugas ini jatuh ke leluhur Joudeh sebagai cara mempertahankan wali netral Gereja Makam Suci. Pasalnya, gereja dibagi antara beberapa denominasi Kristen, termasuk Armenia Ortodoks, Ortodoks Yunani, Fransiskan, dan banyak lagi. "Apa yang kami wariskan ke generasi berikutnya tidak hanya kunci, tetapi juga cara untuk menghormati agama-agama lain,” katanya.
"Bagi saya, sumber koeksistensi untuk agama Islam dan Kristen adalah Gereja Makam Suci. Saat itu Umar bin Khattab mengambil kunci Yerusalem dari Patriarch Sophronius dan memberi keamanan serta keselamatan bagi umat Kristen di wilayah tersebut. Kami hidup berdampingan dengan damai dan cinta, yang merupakan ajaran agama Islam yang sesungguhnya,” kata Joudeh.
Ia mengatakan, perjanjian itu sudah berusia lebih dari 1.400 tahun. Isi kesepakatan tersebut adalah untuk memberikan orang-orang Kristen tempat ibadah gratis di Yerusalem. Menurut Joudeh, sejarah tersebut masih hidup sampai saat ini, dan menjadi kewajibannya untuk melanjutkan.
Selain Joudeh, ada pula keluarga Muslim lain yang bertugas di gereja ini. Dia adalah Wajeeh Nuseibeh. Ia bertugas untuk membuka pintu bagi umat yang akan memasuki gereja. Nuseibeh selalu tiba di gereja pada pagi hari dan menjalankan tugasnya. Malam harinya, ia akan bertugas untuk mengunci pintu-pintu tersebut.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.