TEMPO Interaktif, Jakarta:Indonesia meragukan hasil sidang darurat Dewan Keamanan PBB yang berlangsung sejak Rabu (26/3) kemarin. Sidang ini agaknya tidak akan menghasilkan resolusi yang mampu mendesak Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menghentikan serangan ke Irak. Menurut Menteri Luar Negeri, Nur Hassan Wirajuda, sidang darurat hasil desakan negara-negara berkembang yang akan berseberangan dengan kepentingan AS dan Inggris, besar kemungkinan hasil resolusinya akan di veto. Kita harus melihat realita politiknya, katanya di Istana Negara Jakarta, Kamis (27/3). Sidang darurat yang tidak hanya dihadiri 15 negara anggota dewan keamanan itu menunjukkan partisipasi yang luar biasa. Menurut Wirajuda, ini menunjukkan sambutan yang luas atas desakan Indonesia yang disampaikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 21 Maret lalu. Respon luar biasa terlihat dengan berbicaranya 46 negara pada hari pertama sidang. Namun menurut Menlu, hal itu bisa menjadi pisau bermata dua. Seperti Marshall Island (negara di kawasan pasifik) yang jarang bicara, tiba-tiba muncul dan suaranya mengutuk Irak, kita bisa menebak permainan yang terjadi di situ, kata Menlu. Menlu melihat pertarungan yang terjadi dalam sidang itu menjadi sulit. Sebab negara-negara yang merasa kepentingannya terganggu akan mengerahkan kemampuannya. Namun Indonesia, kata dia, tetap akan mengupayakan percepatan proses itu demi penghentian serangan AS terhadap Irak. (Deddy Sinaga)
Berita terkait
Pelaku Pembunuhan di Bandung Beli Koper Dua Kali, Pertama Kekecilan Tak Bisa Memuat Tubuh Korban
1 menit lalu
Pelaku Pembunuhan di Bandung Beli Koper Dua Kali, Pertama Kekecilan Tak Bisa Memuat Tubuh Korban
Pelaku pembunuhan perempuan di Bandung yang mayatnya dimasukkan dalam koper membeli koper usai menghabisi nyawa korban.