Seorang bocah menyalakan lilin sebagai aksi belasungkawa pada para korban aksi teror bom di depan Place de la Bourse di Brussels, Belgia, 22 Maret 2016. (Carl Court/Getty Images)
TEMPO.CO, Brussels - Dua menteri pemerintah Belgia menawarkan untuk mengundurkan diri terkait dengan ketidakberhasilan negara dalam menggagalkan pengeboman. Padahal Belgia telah mendapatkan peringatan dari Turki yang menyebut Ibrahim el-Bakraoui, pelaku teror tersebut, telah dideportasi dari Turki tahun lalu.
Kedua menteri itu adalah Menteri Dalam Negeri Jan Jambon dan Menteri Kehakiman Koen Geens. "Saat itu, Ibrahim tidak dikenal sebagai teroris, melainkan hanya penjahat yang dibebaskan bersyarat saja,” ujar Geens, seperti yang dilansir oleh laman BBC, Jumat, 25 Maret 2016.
Senada dengan Geens, Jambon pun mengakui kesalahannya. "Memang ada kesalahan di kehakiman dengan petugas penghubung Belgia di Turki. Jika Anda telah diberi peringatan berturut-turut, sudah semestinya Anda memeriksa itu," ucapnya.
"Dalam situasi seperti ini, rasanya tepat untuk saya mengambil tanggung jawab politik dan menawarkan pengunduran diri kepada perdana menteri,” ucap Jambon.
Namun Jambon dan Geens sepakat tetap menjabat setelah permintaannya ditolak mentah-mentah Perdana Menteri Belgia Charles Michel. Michel berkata, “Saat perang, Anda tidak bisa meninggalkan lapangan.”
Adapun Ibrahim el-Bakraoui diidentifikasi sebagai salah satu pelaku bom yang meledakkan diri di Bandara Zaventem, yang menewaskan 11 orang. Polisi Belgia kini tengah mengejar dua terduga pelaku lainnya. Dalam teror ini, sekitar 60 orang yang menderita luka berat dan 34 orang dilaporkan meninggal.