Seorang pria terluka usai ledakan di Bandara Brussels, Belgia, 22 Maret 2016. Sedikitnya 13 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Ketevan Kardava/ Georgian Public Broadcaster via AP
TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli memperingatkan serangan teror terbaru di Brussels bisa menjadi serangan balas dendam setelah penahanan atas tersangka teror Paris, Salah Abdeslam.
Abdeslam, yang dianggap bertanggung jawab untuk merencanakan serangan Prancis, saat ini sedang dinterogasi layanan keamanan Belgia.
Raffaello Pantucci, ahli keamanan internasional untuk Royal United Services Institute (RIS), mengatakan penangkapannya mungkin telah mendorong jaringan teror meluncurkan serangan hari ini, takut rencana mereka terungkap selama terjadi interogasi dengan Abdeslam.
"Kenyataannya adalah kita berada di situasi di mana ada jaringan yang sangat besar di Belgia dan Prancis," kata Pantucci. "Ketika Abdeslam ditangkap, Anda akan membuat jaringan di sekelilingnya menjadi panik. Mereka mungkin mempercepat serangan yang telah direncanakan."
Meski belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel García Margallo telah mengeluarkan pernyataan yang menyalahkan kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Mari kita berhenti berpura-pura. Mari kita khawatir tentang Daesh (sebutan lain ISIS), yang merupakan musuh," kata Margallo, seperti dikutip dari laman Express.co.uk. "Kita harus sadar bahwa saat mereka menyerang di Suriah dan Irak, mereka juga akan pergi ke tempat lain."
Beberapa rangkaian ledakan terjadi di ibu kota Belgia hari ini. Dua ledakan menghantam Bandara Zaventem, Brussels dan satu ledakan lain terjadi di stasiun kereta bawah tanah di pinggiran Maelbeek, dekat gedung Uni Eropa.
Jumlah korban tewas akibat ledakan itu masih terus bertambah. Berita terakhir yang dikutip dari laman Guardian mengatakan ada 13 orang meninggal akibat ledakan di bandara, sementara 10 meninggal di ledakan stasiun kereta.