TEMPO.CO, Yerusalem - Meir Dagan, mantan orang nomor satu Mossad, badan intelijen Israel, meninggal di usia 71 tahun pada Kamis, 17 Maret 2016. "Mantan Kepala Mossad Meir Dagan meninggal pagi ini," kata Mossad dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir dari laman Haaretz.
Kepala Mossad yang menjabat saat ini, Yossi Cohen, kepala departemen, dan pekerja di Mossad menyampaikan kesedihan mendalam dan belasungkawa kepada keluarga Dagan.
Dagan mengepalai Mossad dari tahun 2002 sampai 2011. Di bawah kepemimpinannya, Mossad tercatat melakukan serangan rahasia terhadap ilmuwan nuklir Iran dan melancarkan serangan cyber, termasuk virus Stuxnet yang menunda program nuklir Iran.
Setelah mengundurkan diri, Dagan tetap menunjukkan sikap tegasnya terhadap Iran. Ia secara terbuka mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ihwal kesepakatan nuklir baru-baru ini yang dilaksanakan antara Iran dan kekuatan dunia.
Dagan lahir pada 1945 di Uni Soviet (kini kota kelahirannya menjadi bagian negara Ukraina) di tengah ancaman kematian Holocaust. Keluarganya berimigrasi ke Israel ketika Dagan berusia lima tahun, lalu menetap di Bat Yam.
Dagan masuk dan bertugas di Angkatan Pertahanan Israel selama lebih dari 30 tahun sebelum mendapat pangkat jenderal. Dia dikenal dengan inovasi dalam memerangi terorisme.
Pada 2012, Dagan sempat menjalani transplantasi hati di Belarusia. Presiden Belarus mengumumkan saat itu bahwa operasi berhasil, tapi Dagan kemudian menderita komplikasi dan dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Dagan meninggalkan seorang istri dan tiga anak.
HAARETZ.COM | FOX NEWS | MECHOS DE LAROCHA
Berita terkait
Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia
16 menit lalu
Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.
Baca SelengkapnyaMenyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC
2 jam lalu
Kantor kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyerukan diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai intimidasi terhadap stafnya.
Baca SelengkapnyaDokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa
9 jam lalu
Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.
Baca SelengkapnyaIran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz
9 jam lalu
Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengatakan Iran telah membebaskan awak kapal MSC Aries yang terafiliasi dengan Israel, setelah sempat disita di dekat Selat Hormuz.
Baca SelengkapnyaKelompok Milisi Irak Lancarkan Serangan Rudal terhadap Israel
10 jam lalu
Kelompok bersenjata Perlawanan Islam di Irak mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap kota Tel Aviv dan Be'er Sheva di Israel.
Baca SelengkapnyaJurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO
10 jam lalu
Kepala UNESCO menyerukan penghargaan atas keberanian jurnalis Palestina menghadapi kondisi 'sulit dan berbahaya' di Gaza.
Baca SelengkapnyaPBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza
11 jam lalu
Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980
Baca SelengkapnyaDemo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?
11 jam lalu
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina
Baca SelengkapnyaAmnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware
11 jam lalu
Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM
Baca Selengkapnya8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus
11 jam lalu
Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.
Baca Selengkapnya