Negara Mana yang Paling Bahagia dan Tidak Bahagia?  

Reporter

Kamis, 17 Maret 2016 04:09 WIB

Para pengendara sepeda menggelantung di belakang sebuah truk di luar ibukota Bujumbura, Burundi, 19 Juli 2015. Negara ini akan menggelar pemilihan presiden pekan depan. REUTERS/Mike Hutchings

TEMPO.CO, Roma - Burundi berada dalam urutan terakhir daftar negara paling bahagia di dunia. Ini berdasarkan laporan yang baru dirilis oleh Sustainable Development Solutions Network (SDSN) dan Earth Institute di Columbia University, Amerika Serikat.

Berdasarkan survei tersebut, Burundi berada di sepuluh besar terbawah bersama Madagaskar, Tanzania, Liberia, Guinea, Rwanda, Benin, Afghanistan, Togo, dan Suriah untuk menjadi negara yang paling tidak bahagia.

Sementara itu, laporan SDSN, yang dilansir pada Rabu, 16 Maret 2016, menyebutkan Denmark menjadi negara yang paling bahagia, menggusur posisi Swiss. Denmark menyalip Swiss sebagai tempat paling bahagia di dunia.

Sepuluh negara yang menempati urutan teratas paling bahagia diisi oleh Denmark, Swiss, Islandia, Norwegia, Finlandia, Kanada, Belanda, Selandia Baru, Australia, dan Swedia. Denmark berada di tempat ketiga tahun lalu, di belakang Swiss dan Islandia.

Kepala SDSN Profesor Jeffrey Sachs mengatakan tidak masuknya Amerika Serikat dalam posisi sepuluh besar mengindikasikan pesan bagi negara tersebut.

Baca: Uskup Spanyol Akui Bocorkan Dokumen Rahasia Vatikan

"Ada pesan yang sangat kuat untuk negara saya, Amerika Serikat, yang sangat kaya, yang sudah jauh lebih kaya dalam 50 tahun terakhir, tapi ada yang jauh lebih bahagia," kata Sachs, yang juga menjadi penasihat khusus Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.

"Pesan untuk Amerika Serikat jelas. Untuk masyarakat yang hanya mengejar uang, kita mengejar hal-hal yang salah. Tatanan sosial kami memburuk, kepercayaan sosial memburuk, iman dalam pemerintahan memburuk," ucapnya.

Dalam daftar tersebut, Amerika Serikat berada pada urutan ke-13, sementara Inggris di posisi ke-23, Prancis ke-32, dan Italia menempati urutan ke-50.

Survei tersebut bertujuan untuk mengukur dan memahami kesejahteraan subyektif dari 157 negara dengan tingkat kebahagiaan menggunakan faktor-faktor, seperti pendapatan per kapita produk domestik bruto (PDB) dan harapan hidup. Juga analisis terhadap kebebasan korupsi dalam pemerintahan dan bisnis.

Baca: Dosen yang Juga Aktor Film Mesum Ini Berhenti dari Kampusnya

Ini merupakan laporan keempat yang dikeluarkan SDSN. Laporan pertama dikeluarkan pada 2012 untuk mendukung pertemuan PBB tentang kebahagiaan dan kesejahteraan.

Seperti yang dilansir Channel News Asia pada 16 Maret 2016, semenjak laporan tersebut pertama kali dirilis, sebanyak lima negara, termasuk Bhutan, Ekuador, Skotlandia, Uni Emirat Arab, dan Venezuela, membuat kementerian baru, yakni Menteri Kebahagiaan.




REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | YON DEMA

Berita terkait

Kisah Jendela Wine di Restoran-restoran di Italia, Digunakan untuk Social Distancing pada Abad ke-15

17 jam lalu

Kisah Jendela Wine di Restoran-restoran di Italia, Digunakan untuk Social Distancing pada Abad ke-15

Jendela wine diperkenalkan pada 1600-an, pada saat wabah bubonic menyebar ke seluruh Florence. Kembali populer saat pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

5 Destinasi Wisata yang Jadi Sarang Copet di Eropa Menurut Survei Baru, Turis Harus Hati-hati

4 hari lalu

5 Destinasi Wisata yang Jadi Sarang Copet di Eropa Menurut Survei Baru, Turis Harus Hati-hati

Atraksi terkenal adalah salah satu tempat beraksi bagi pencopet karena perhatian wisatawan cenderung terganggu.

Baca Selengkapnya

Warga Lokal Protes Venesia Mulai Tarik Biaya Masuk, Kenapa?

5 hari lalu

Warga Lokal Protes Venesia Mulai Tarik Biaya Masuk, Kenapa?

Mulai 25 April, wisatawan harian di Venesia harus beli tiket masuk sebesar Rp86.000.

Baca Selengkapnya

Milan Berencana Larang Penjualan Piza dan Es Krim Tengah Malam, Kenapa?

8 hari lalu

Milan Berencana Larang Penjualan Piza dan Es Krim Tengah Malam, Kenapa?

Kebijakan melarang piza dan es krim tengah malam pernah ada satu dekade lalu, tapi ditentang warga Milan sehingga aturan ini ditinggalkan.

Baca Selengkapnya

Pekan ini, Venesia Mulai Menerapkan Biaya Masuk untuk Wisatawan Harian

8 hari lalu

Pekan ini, Venesia Mulai Menerapkan Biaya Masuk untuk Wisatawan Harian

Kamis ini, yang merupakan hari libur di Italia, pengunjung Venesia diharuskan membeli tiket masuk seharga Rp87 ribu. Tidak berlaku untuk tamu hotel.

Baca Selengkapnya

Danau Como Dilanda Overtourism, Tarif Khusus untuk Pengunjung Harian sedang Dipertimbangkan

13 hari lalu

Danau Como Dilanda Overtourism, Tarif Khusus untuk Pengunjung Harian sedang Dipertimbangkan

Pemerintah sekitar Danau Como berencana meniru Venesia, yang menerapkan biaya khusus untuk pengunjung harian

Baca Selengkapnya

Pemandian Kuno Caracella di Roma Kembali Berair setelah 1.000 Tahun, jadi Daya Tarik Turis

15 hari lalu

Pemandian Kuno Caracella di Roma Kembali Berair setelah 1.000 Tahun, jadi Daya Tarik Turis

Reruntuhan pemandian kuno ini menjadi tujuan wisata populer dan menjadi tuan rumah konser-teater di Roma.

Baca Selengkapnya

Kemenhan Teken Kontrak Pengadaan Kapal Perang Fregat dari Italia

16 hari lalu

Kemenhan Teken Kontrak Pengadaan Kapal Perang Fregat dari Italia

Kapal fregat pertama pesanan Kemenhan akan dikirimkan ke Indonesia dari Italia pada Oktober tahun ini.

Baca Selengkapnya

Italia dan Turki Mulai Menerapkan Visa Digital Nomad Bulan Ini

17 hari lalu

Italia dan Turki Mulai Menerapkan Visa Digital Nomad Bulan Ini

Apa saja persyaratan untuk mendapatkan visa digital nomad di Italia atau Turki?

Baca Selengkapnya

Kisah Orang Terkaya di Indonesia Hartono Bersaudara Beli Klub Sepak Bola Italia Como 1907 pada 2019

20 hari lalu

Kisah Orang Terkaya di Indonesia Hartono Bersaudara Beli Klub Sepak Bola Italia Como 1907 pada 2019

Klub Sepak Bola Italia, Como 1907 ternyata milik orang terkaya di Indonesia yakni Hartono Bersaudara. Bagaimana kisah pembeliannya saat itu?

Baca Selengkapnya