Seorang pria Suriah naik sepeda melalui bangunan yang hancur di kota Homs, Suriah, 26 Februari 2016. Sekitar 1.200 pemberontak dan warga sipil, mengalami kelaparan akibat dari pengepungan oleh pasukan Presiden Bashar Assad. AP/Hassan Ammar
TEMPO.CO, Damaskus - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon menyatakan gencatan senjata di Suriah masih tetap berjalan pada hari ketiga. Meskipun demikian, perang kata antara pemerintah Suriah dan Arab Saudi, pendukung oposisi, memunculkan ketegangan.
Berbicara di Jenewa, Ban membenarkan telah menerima surat dari Komite Nasional Tinggi (HNC), payung utama kelompok oposisi, berisi komplain terjadinya kekerasan yang dilakukan pasukan pemerintah Suriah dukungan Rusia dan Iran.
Surat yang dikirimkan pada Minggu, 28 Februari 2016, itu mendesak PBB membantu menentukan wilayah yang menjadi lokasi gencatan senjata guna mencegah permusuhan.
Oposisi dalam laporannya kepada PBB menyatakan telah terjadi serangan udara di beberapa tempat di sebelah utara Suriah. Mereka juga memperingatkan, jika kekerasan itu masih terus berlanjut, itu akan membahayakan rencana perundingan di Jenewa pada 7 Maret yang diprakarsai PBB.
Kepala HNC Riad Hijab dalam sebuah pernyataan kepada Ban menuturkan Rusia, Iran, dan pasukan pemerintah sama sekali tidak menghentikan permusuhan sejak gencatan senjata berlaku efektif. "Ada 24 penembakan dengan senjata berat dan lima kali di darat," tulisnya.
Dia mengatakan jet tempur Rusia melakukan tembakan sebanyak 26 kali pada Minggu, 28 Februari 2016. "Sasaran tembakan tersebut adalah kaum pemberontak yang menghentikan aksinya demi menghormati gencatan senjata."