Model dari berbagai jenis roket dipamerkan di Kompleks Sci-Tech di Pyongyang, Korea Utara, 3 Februari 2016. Korea Utara mengumumkan rencana peluncuran roket ke luar angkasa. Roket tersebut membawa satelit observasi Bumi yang akan mengorbit selama 20 hari sejak 8 Februari. Namun dunia internasional mencurigai rencana Korut ini sebagai kamuflase uji coba peluru kendali berhulu ledak nuklir. AP/Kim Kwang Hyon
TEMPO.CO, Seoul- Korea Selatan menuding korea Utara menggunakan 70 persen dari upah buruh yang bekerja di kompleks industri Kaesong untuk program senjata dan membeli barang-barang mewah untuk kelompok elit Korea Utara.
Kawasan Kaesong didirikan Korea Utara dan Korea Selatan sebagai bentuk kerja sama usai Perang Korea tahun 1953. Kaesong berdiri di lahan milik Korea Utara dan mayoritas buruhnya berasal dari negara itu.
Menurut Menteri Unifikasi Korea Selatan, Hong Yong-pyo, upah buruh yang bekerja di Kaesong dibayar dalam bentuk dollar Amerika Serikat. Upah dibayar tidak secara langsung kepada buruh, tapi kepada pemerintah Korea Utara.
"Mata uang asing yang diterima Korea Utara ditransfer ke Partai Buruh, uang itu digunakan untuk mengembangkan senjata nuklir atau rudal, atau membeli barang-barang mewah," kata Hong Yong-pyo dalam satu wawancara televisi seperti dikutip dari BBC, Senin, 15 Februari 2016.
Hong Yong-pyo menjelaskan, para buruh Korea Utara kemudian mendapat kupon untuk membeli makanan, barang-barang penting lainnya, dan membeli mata uang lokal," ujarnya.
Tentang informasi 70 persen upah digunakan Korea Utara untuk pengembangan program nulir dan membeli senjata, pemerintah Korea Selatan mengklaim info itu dikutip dari sejumlah saluan informasi meski enggan menjelaskan bagaimana angka 70 persen itu muncul.
Pekan lalu, Korea Selatan menghentikan pengoperasian kawasan industri Kaesong. Ini sebagai bentuk sanksi atas Korea Utara yang beberapa hari sebelumnya meluncurkan rudal balistik dan uji bom hidrogen.
Korea Utara menyatakan penutupan kawasan Kaesong sebagai deklarasi perang. Kawasan Kaesong kemudian diperintahkan dikuasai oleh militer Korea Utara.