TEMPO.CO, Seoul - Para pekerja industri Korea Selatan, Kamis, 11 Februari 2016, ditarik pulang setelah sejumlah perusahaan yang berdiri di kawasan industri Korea Utara ditutup sementara. Penutupan tersebut terkait dengan peluncuran roket Pyongyang ke angkasa, Senin, 8 Februari 2016.
Belum jelas berapa lama penutupan kompleks industri yang berdiri di perbatasan Kota Kaesong atau bahkan berapa lama proses penutupan perusahaan Korea Selatan di kota tersebut. Pyongyang tak bersedia memberikan komentar. Namun Seoul mengatakan para pekerja asal Korea Utara tidak masuk kerja sejak Kamis, 11 Februari 2016.
Penutupan ini adalah salah satu sikap keras yang diambil oleh Seoul sebagai tindakan hukuman atas peluncuran roket Korea Utara yang diduga disertai misil nuklir. "Penutupan ini akan memukul keuangan Korea Utara," tulis New York Times, Rabu, 10 Februari 2016.
"Seoul mengatakan negaranya ingin menghentikan kekuatan ekonominya melalui kompleks perusahaan ini karena digunakan untk membangun nuklir dan program misil."
Korea Utara pada Senin, 8 Februari 2016, meluncurkan sebuah roket ke angkasa sebagai uji coba teknologi misil balistik. Peluncuran tersebut, menurut komunitas internasional, dianggap sebuah pelanggaran konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menteri Unifikasi Korea Selatan Hong Yong-pyo mengatakan sekitar 130 warga Korea Selatan rencananya masuk ke Kaesong pada Kamis, 11 Februari 2016, untuk memulai penutupan perusahaannya di sana. Dia meneruskan, sekitar 70 warga Korea Selatan yang tinggal di sana akan segera pulang.
Korea Utara pernah membuat Amerika Serikat dan Korea Selatan berang karena negeri berideologi komunis itu melakukan tembakan militer ke wilayah Semenanjung Korea. Aksi tersebut dibalas oleh Korea Selatan dengan menarik para pekerja di kompleks industri Kaesong pada 2013 selama lima bulan.
Hong dalam acara jumpa pers mengatakan penundaan operasi perusahaan di kompleks industri Kaesong itu untuk menghentikan Korea Utara menggunakan mata uangnya untuk melakukan pembangunan nuklir dan teknologi misil.
NEW YORK TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN