Mayoritas Penduduk Cina dan India Meninggal Akibat Polusi Udara

Reporter

Minggu, 14 Februari 2016 04:44 WIB

Gedung pencakar langit Shanghai World Financial Center (kanan) dan Jin Mao Tower terlihat saat hujan deras di Shanghai, Cina, 15 Mei 2015. Cina adalah salah satu negara yang menyumbang polusi udara paling besar di dunia. REUTERS/Aly Song

TEMPO.CO, Washington - Polusi udara telah menyebabkan lebih dari 5,5 juta orang meninggal pada 2013, menurut penelitian yang dipresentasikan Jumat, 12 Februari 2016. Menurut hasil penelitian itu, lebih dari setengah mereka yang meninggal berasal dari India dan Cina (1,6 juta orang di Cina dan 1.4 juta orang di India pada tahun 2013).

Penelitian dilakukan para ilmuwan dari Amerika Serikat, Kanada, Cina dan India. Mereka mempresentasikan temuan pada pertemuan tahunan Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Sains (AAAS) di Washington DC.

"Polusi udara adalah faktor tertinggi keempat penyebab kematian secara global dan menjadi faktor pertama terkena penyakit di sebuah lingkungan," kata Michael Brauer, seorang peneliti dari University of British Columbia, dikutip dari laman Guardian.

Brauer mengatakan polusi udara berkontribusi terhadap penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, bronkitis, emfisema dan infeksi akut. Dia dan rekan-rekannya membandingkan masalah di Asia dengan kondisi di abad revolusi industri di Amerika Serikat dan Eropa, dimana pertumbuhan ekonomi pesat dibarengi semakin banyaknya awan beracun di udara.

Polusi batubara saja membunuh 366.000 orang di Cina pada 2013, menurut peneliti Qiao Ma. Brauer mengatakan batubara yang dibakar untuk listrik adalah pencemar terbesar di negara itu. Target baru Cina untuk mengurangi emisi, disepakati pada pertemuan iklim Paris tahun lalu, tidak benar-benar diterapkan.

Ma menambahkan, Cina menghadapi 990.000 hingga 1,3 juta kematian per tahun. "Kami berpikir bahwa kebijakan yang lebih agresif sangat dibutuhkan."

Peneliti Chanda Venkataraman menyebutkan penyumbang terbesar polusi udara yang tinggi India adalah batubara, pembakaran kayu dan kotoran, yang mengirim sejumlah besar abu dan partikel beracun ke rumah keluarga miskin.

Sekitar 920.000 kematian dikaitkan dengan polusi luar ruangan, seperti partikulat disebarkan oleh pembangkit listrik dan emisi kendaraan. Dan 590.000 kematian dikaitkan dengan polusi rumah tangga: emisi dari pembakaran untuk pemanasan dan memasak.

Para peneliti juga memuji anggota parlemen di AS, Kanada, Eropa Barat dan Jepang - atau setidaknya pendahulu mereka, yang telah berusaha mengendalikan polusi selama 50 tahun terakhir. "Kami benar-benar tahu cara untuk memecahkan masalah ini," kata Bauer.

Greenbaum, mantan kepala Departemen Perlindungan Lingkungan Massachusetts , mengatakan setelah bertugas merancang dan menerapkan strategi untuk meningkatkan kebersihan udara di Amerika Serikat, ia tahu betapa sulitnya usaha tersebut. "Penelitian ini membantu memandu jalan dengan mengidentifikasi tindakan yang terbaik yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat."

THE GUARDIAN | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Aksi Mahasiswa UGM Tuntut Transparansi, IPK 4,00 Mahasiswa Kedokteran Universitas Jember, 5 Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia

7 jam lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Aksi Mahasiswa UGM Tuntut Transparansi, IPK 4,00 Mahasiswa Kedokteran Universitas Jember, 5 Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

9 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

18 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

21 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

21 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

22 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya