Yeb Sano Dipilih Jadi Direktur Greenpeace Asia Tenggara  

Reporter

Selasa, 2 Februari 2016 08:35 WIB

Yeb Sano, Delegasi Naderev Filipina pada Konferensi ke-19 Perubahan Iklim PBB di Stadion Nasional di Warsawa. thenews.pl

TEMPO.CO, Jakarta - Naderev ‘Yeb’ Sano diangkat menjadi Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara. Jabatan Yeb sebelumnya adalah Kepala Delegasi Perubahan Iklim Filipina sejak tahun 2010 dan Direktur Program Perubahan Iklim WWF-Filipina.

Ketua Dewan Pembina Greenpeace Asia Tenggara Suzy Hutomo yakin Yeb akan meningkatkan kerja-kerja terkait dengan perubahan sikap dan perilaku untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, serta mempromosikan perdamaian. "Juga melindungi Bumi yang rapuh dari kehancuran. Bersama-sama kita dapat mencapai keadilan lingkungan,” kata Suzy seperti tertulis dalam siaran pers Greenpeace pada Senin, 1 Februari 2016.

Pada saat Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (Conference of the Parties 19) di Warsawa, Polandia, 11-22 November 2013, pidato Yeb memukau dan menyentuh hati ribuan delegasi dari 195 negara.

Dia mengetuk hati para negosiator iklim dengan kisah topan Haiyan yang pekan sebelumnya menghantam Filipina. Badai tropis ini menewaskan sekitar 6.000 orang dan merusak ribuan permukiman warga.

“Sebagai sebuah bentuk solidaritas kepada saudaraku yang tengah berjuang dari kelaparan berhari-hari, saya saat ini menyatakan untuk secara sukarela berpuasa demi iklim. Ini artinya saya tidak akan makan makanan apa pun selama COP berlangsung dan sebuah kesepakatan yang berarti lahir dari forum ini,” katanya. Pernyataan ini langsung mendapatkan perhatian dan penghormatan berupa standing applause dari perwakilan 195 negara yang hadir.

Yeb menyerukan pemimpin delegasi untuk bertindak cepat guna mengatasi persoalan perubahan iklim. Pada saat itu dia mendesak negara-negara di seluruh dunia untuk memberikan komitmen iklim yang kuat dan mengikat.

Dia menegaskan para pemimpin yang berada di konferensi tersebut harus serius membahas persoalan perubahan iklim. “Banyak negara miskin yang akan lebih menderita lagi apabila kita gagal bertindak. Ini adalah saatnya untuk bertindak,” katanya.

Aksi Yeb untuk mogok makan selama dua minggu diikuti ribuan orang di seluruh dunia sejak Konferensi Iklim (COP) Warsawa dibuka.

Yeb menjelaskan bergabungnya dia ke Greenpeace dengan keyakinan bahwa krisis ekologi dunia tidak dapat diatasi melalui kekuasaan, tapi melalui katalisasi gerakan global yang saling menghubungkan semua umat manusia.

“Bumi sedang menghadapi ancaman yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, dan tidak ada keraguan bahwa kita harus menemukan cara hidup baru yang sejalan dengan batas ekologi planet ini. Karena itu, saya memutuskan untuk berjuang bersama Greenpeace.”

Menurut Yeb, perjuangan ini tidak dapat dimenangkan dalam batasan-batasan institusi ataupun kenegaraan. Semua orang harus berdiri bersama-sama untuk mewujudkannya.

“Dengan bergabung bersama Greenpeace, saya bergabung dengan jutaan orang dari seluruh penjuru dunia yang membuat pekerjaan fantastis yang dilakukan organisasi ini dapat terjadi,” kata Yeb.

UNTUNG WIDYANTO

Berita terkait

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

6 jam lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

1 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

4 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

7 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

8 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

8 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

16 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

19 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

20 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya