Ilustrasi warga Palestina/ konflik Israel-Palestina. REUTERS/Mohamad Torokman
TEMPO.CO, Tepi Barat - Tahanan politik warga Palestina dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis setelah ia melancarkan aksi mogok makan seiring protesnya karena dipenjara oleh Israel tanpa tuntutan. Muhammad al-Qeq, 33 tahun, adalah jurnalis dari desa Tepi Barat di kawasan Dura, Palestina.
Seperti yang dilaporkan Al Jazeera, Selasa, 12 Januari 2016, al-Qeq mulai berpuasa pada 24 November 2015 sebagai bentuk protes terhadap penahanan administratif, praktik di mana Israel memenjarakan warga Palestina pada "bukti rahasia" dan tanpa pemeriksaan dan tuntutan.
"Ia belum makan dalam 49 hari, kesehatannya sangan buruk sekarang," kata Issa Qaraqe, Kepala Komite Tahanan Otoritas Palestina. Qaraqe menambahkan, tubuh tahanan itu kehilangan bobot 22 kilogram. "Kami khawatir pihak berwenang penjara Israel akan memaksanya memberi makan," katanya.
Pemaksaan itu mengacu peraturan pemerintah Israel pada Juli 2015, yang memungkinkan pemberian makan secara paksa bagi tahanan yang menolak. Qaraqe menjelaskan Qeq dalam kondisi koma selama akhir pekan. Pemerintah Palestina meminta bantuan organisasi internasional dan kelompok hak asasi untuk menyelamatkan hidup warganya yang ditahan.
Kelompok hak asasi pers, yaitu Pusat Pembangunan dan Kebebasan Media Palestina (MADA), pada awal pekan ini telah membuat pernyataan kepada Israel untuk melepaskan Qeq. Qaraqe juga mengungkapkan, selain Qeq juga ada dua tahanan politik Palestina lainnya yang menggelar aksi mogok makan di penjara Israel.