Majikan Koma, Gaji TKI Ini Tak Ada yang Bayar
Editor
Maria Rita Hasugian
Selasa, 5 Januari 2016 19:50 WIB
TEMPO.CO, Singapura - Malang nian nasib Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Singapura, Mersi Fransina Missa. Sejak majikannya mengalami koma, Mersi pun tidak lagi menerima gaji.
Mersi sudah lebih dari setahun bekerja memberi makan, memandikan, dan merawat majikannya yang menderita stroke sejak Agustus 2014. Meski gaji tak lagi diterima, Mersi masih setia merawat majikannya.
Sejak Oktober 2015, penyakit yang diderita majikannya semakin parah dan harus dirawat di Rumah Sakit Umum Singapura (SGH). "Kadang-kadang dia membuka matanya, tapi tidak bisa menggerakkan tangan atau kakinya," kata Mersi, yang berasal dari Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Mersi, yang biasanya menerima upah sebesar Sin$ 520 atau sekitar Rp 5 juta per bulan, harus menggunakan uang tabungannya untuk membayar sewa apartemen dan ongkos bolak-balik rumah sakit. Dia pun kehabisan uang karena biaya hidup yang sangat tinggi.
"Saya sudah tidak punya uang makan, tabungan pun telah habis," kata Mersi, seperti dilansir Straits Times pada 4 Januari 2015.
Mersi mengatakan biasanya sang majikan yang tidak memiliki anak selalu membayar gajinya tepat waktu. "Dia biasanya membayar saya tepat waktu… Tapi dia tidak bisa membayar saya lagi sekarang," ujar Mersi, anak sulung dari keluarga petani ini. Padahal, selama bekerja, Mersi harus mengirimkan lebih dari setengah gajinya untuk orang tua dan enam saudaranya yang berusia 2-27 tahun. "Keluarga saya di rumah sedang menunggu uang saya," tuturnya.
Mersi lantas mengeluh kepada seorang dokter di SHG yang merawat majikannya yang merupakan pensiunan berusia 60 tahun. Dokter tersebut lantas memberinya kontak Humanitarian Organization for Migrant Economics (Home). Dia pun tinggal di sana sejak Desember. Menurut Home, kasus Mersi merupakan yang pertama kali terjadi.
Mersi bukan tanpa usaha mendapatkan bayarannya. Dia pernah mencoba meminta kepada adik dari majikannya dan beberapa kerabat lain yang ditemuinya di rumah sakit. Namun semuanya tidak pernah menghiraukan dia. "Saya merasa tak berdaya," ucapnya. "Sekarang saya hanya menunggu uang saya. Saya bahkan tidak tahu kapan akan kembali untuk melihat keluarga saya."
Kini, kasus Mersi ditangani Departemen Tenaga Kerja Singapura (MOM) yang menyatakan bahwa kasus ini adalah satu dari sekitar 600 keluhan tentang kelalaian majikan dalam membayar gaji pembantunya. Selain itu, dia dibantu oleh agennya, Sharon Ng dari Employment Agency Yanda di Chinatown, guna menemukan solusi dalam menyelesaikan kasusnya.
STRAITS TIMES | YON DEMA