TEMPO.CO, London - Ekspor minyak Irak Selatan nyaris catat rekor tertinggi pada Desember lalu. Hal ini membuat Irak tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan pasokan pada 2015, meskipun harus bersaing melawan negara Islam lain dan kekhawatiran merosotnya harga minyak dunia yang akan merusak pertumbuhan output.
Kuatnya pasokan minyak Irak menjadi indikasi bahwa negara itu masih menjadi pemasok terbesar Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang terus mempertahankan kebijakannya untuk tidak membatasi output-nya pada pertemuan awal Desember lalu. Berdasarkan data yang dilansir dari Reuters, dalam 29 hari pertama Desember lalu, penjualan minyak Irak Selatan sudah menyentuh rata-rata 3,27 juta barel per hari (bph).
Angka tersebut hampir sama dengan rekor pada November yang mampu menjual 3,37 bph. Para pejabat Irak terkesan dan menganggap capaian tersebut luar biasa tinggi, padahal beberapa kapal tanker sempat tertunda dari bulan sebelumnya.
"Penjualan tersebut melampaui angka yang luar biasa, walaupun saya sendiri khawatir bahwa penjualan minyak bisa mendekati sampai batas kapasitas pipa," kata sumber Reuters, yang memonitor pengiriman minyak Irak.
Adanya perbaikan di Irak Single Point Moorings, terminal yang menangani hampir setengah dari ekspor selatan Irak, awal Desember membuat pengiriman melambat.
Irak mengejutkan banyak pihak di pasar minyak tahun ini dengan meningkatkan pasokan sekitar 500 ribu bph. Peningkatan ini di tengah kekhawatiran akan adanya pemotongan pengeluaran oleh perusahaan, akibat pengembangan area selatan yang akan membatasi pertumbuhan produksi.
Pengiriman pada Desember lalu mengisyaratkan terkait dengan tingginya ekspor tiba-tiba terus terjadi untuk bulan kedua. Para pejabat Irak mengatakan awalnya rekor November akan sulit untuk diraih kembali, tetapi kenyataannya tidak.
Para pejabat Irak dan analis minyak mengharapkan pertumbuhan lebih bisa terus berlanjut dalam ekspor negara itu tahun depan, tapi pada tingkat yang lebih lambat dari 2015.