Wanita Australia Ini Pimpin Gerakan Menolak Anti-Muslim

Reporter

Senin, 23 November 2015 15:50 WIB

Margot Spalding. Abc.net.au

TEMPO.CO, Melbourne - Pengusaha asal Victoria, Australia, Margot Spalding, 62 tahun, menyadari kota tempat dia tinggal, Bendigo, telah terbelah antara pendukung anti-Islam dan anti-rasisme.

Munculnya dua kubu dipicu rencana pembangunan masjid di Bendigo. Kedua kubu menggelar aksi demo beberapa kali dan berujung bentrok.

Spalding kemudian memutuskan untuk mendukung Bendigo menjadi kota toleran, anti-rasis. Ia percaya Bendigo akan menjadi perekat masyarakat Australia untuk bersikap toleran dan tidak rasis. "Saya sangat percaya bahwa protes anti-masjid dapat berhenti jika jalur utamanya di Bendigo ditutup," kata Spalding, mantan Telstra Bisnis Woman of the Year, seperti dilansir ABC, Senin, 23 November 2015.

Spalding memimpin perjuangan melawan intoleransi dan kebencian di Bendigo. Ia mengatakan demonstrasi anti-masjid di kota tersebut harus dihentikan sebelum tersebar ke seluruh Australia. Pada protes anti-masjid yang merebak pada Agustus lalu, Spalding langsung mengadakan pertemuan untuk mengkampanyekan agama, bisnis, tokoh masyarakat, dan keyakinan di Bendigo.

Ada sekitar 300 muslim tinggal di Bendigo. Banyak dari mereka adalah dokter, dokter gigi, perawat, pekerja pabrik, dan mahasiswa. Mereka beribadah di sebuah ruangan kecil dan penuh sesak di Universitas La Trobe.

Maka, pada Juni 2014, Dewan Kota Bendigo menyetujui izin pembangunan masjid. Namun hal tersebut ditolak sekelompok kecil warga Australia dan melakukan banding ke Mahkamah Agung Victoria.

"Gagasan bahwa orang akan datang ke Bendigo dari luar dan memprotes sebuah masjid yang dibangun di sini membuat banyak orang terkejut," ujar Pendeta John Roundhill, pemimpin Gereja Anglikan di Bendigo.

Spalding sendiri memiliki tiga karyawan muslim yang merupakan pengungsi asal Afganistan. Dia mengizinkan karyawannya menjalankan salat di pabriknya. "Saya memiliki pandangan pribadi bahwa setiap orang memiliki hak untuk berdoa di mana mereka merasa nyaman," tutur Spalding.

Atas pilihannya itu, surat-surat bernada kebencian membanjiri rumah Spalding. Begitu banyak surat kebencian diterimanya. Hingga akhirnya Spalding memutuskan berhenti membacanya dan menyerahkan surat-surat itu ke polisi. "Akhirnya saya menyerahkannya ke kantor polisi. Ketika menerima surat itu, saya tak ingin melihatnya," ucap Spalding seperti dilansir Daily Mail yang telah tinggal di Bendigo selama 40 tahun.

ABC | DAILY MAIL | YON DEMA

Berita terkait

Diprotes, Foto PM Australia Turnbull Gendong Cucu Sambil Ngebir

15 September 2017

Diprotes, Foto PM Australia Turnbull Gendong Cucu Sambil Ngebir

Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull menjadi sasaran amukan netizen saat fotonya menggendong cucu sambil memegang segelas bir jadi viral.

Baca Selengkapnya

Pine Gap Australia Pasok Data Intelijen Soal Indonesia ke Amerika  

22 Agustus 2017

Pine Gap Australia Pasok Data Intelijen Soal Indonesia ke Amerika  

Markas intelijen Australia, Pine Gap, yang memasok informasi tentang Indonesia dan negara-negara lain ke Amerika berlokasi di kawasan terpencil.

Baca Selengkapnya

Kaki Remaja Australia Ini Penuh Darah Usai Berendam di Pantai

8 Agustus 2017

Kaki Remaja Australia Ini Penuh Darah Usai Berendam di Pantai

Remaja Australia ini kaget menyaksikan kedua pergelangan kakinya berlumuran darah setelah direndam di tepi pantai. Ayahnya menemukan jawabannya.

Baca Selengkapnya

Ups, PM Australia Tertangkap Basah Mengejek Donald Trump

16 Juni 2017

Ups, PM Australia Tertangkap Basah Mengejek Donald Trump

PM Australia Malcolm Turnbull saat ini kewalahan menghadapi sorotan media setelah dirinya tertangkap basah mengolok-olok Presiden Amerika Donald Trump

Baca Selengkapnya

Terlalu Ramah, Anjing Ini Dipecat Dari Kepolisian -Oops

9 Juni 2017

Terlalu Ramah, Anjing Ini Dipecat Dari Kepolisian -Oops

Gavel yang baru berusia berusia satu tahun itu, harus kehilangan posisi karena dinilai terlalu ramah dan manja untuk berada dalam tim polisi.

Baca Selengkapnya

Cina Dituduh Lakukan Aksi Intelijen Besar-Besaran di Australia

12 Mei 2017

Cina Dituduh Lakukan Aksi Intelijen Besar-Besaran di Australia

Pejabat di Kementerian Pertahanan Australia mengungkapkan Cina selama ini melakukan aksi intelijen besar-besaran terhadap Australia.

Baca Selengkapnya

Pria Pengangguran Ini Menang Lotere Hampir 500 Miliar Rupiah

12 Mei 2017

Pria Pengangguran Ini Menang Lotere Hampir 500 Miliar Rupiah

Seorang pria yang sedang menganggur di Australia memenangkan hadiah lotere sebesar $ 50 juta atau hampir Rp 500 miliar.

Baca Selengkapnya

Anaknya Banyak Omong, Ayah Mendampinginya di Kelas

11 Mei 2017

Anaknya Banyak Omong, Ayah Mendampinginya di Kelas

Brad Howard dengan senang hati mendampingi putranya di dalam kelas karena anaknya dihukum guru.

Baca Selengkapnya

Dukung Perkawinan Sejenis di Australia, Bos Qantas Dilempar Pie

10 Mei 2017

Dukung Perkawinan Sejenis di Australia, Bos Qantas Dilempar Pie

Bos Qantas, Alan Joyce dilempar pie gara-gara mendukung perkawinan sesama jenis di Australia.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Politikus Australia Menyusui Bayinya di Parlemen

10 Mei 2017

Pertama Kali, Politikus Australia Menyusui Bayinya di Parlemen

Politikus sayap kiri Partai Hijau Australia, Larissa Waters menjadi politikus prtama yang menyusui bayinya di gedung parlemen.

Baca Selengkapnya