Seribu Biarawati Lakukan Penyamaran di 80 Negara, Untuk Apa?

Reporter

Jumat, 20 November 2015 13:54 WIB

Ekspresi seorang tunawisma saat dicukur rambutnya dan dipotong kukunya oleh anggota O Caminho di depan gereja di Sao Paulo, Brasil, 21 Juli 2015. Para biarawati O Caminho membantu para tunawisma untuk menjaga kebersihan tubuh mereka. REUTERS/Nacho Doce

TEMPO.CO, Quebec - Para biarawati yang tergabung dalam kelompok Talitha Kum menyelamatkan korban perdagangan manusia dengan menyamar sebagai pelacur. Penyamaran itu dilakukan saat mereka menyusupkan para wanita dan membeli anak-anak yang dijual sebagai budak.

John Studzinski, seorang bankir dan dermawan yang memimpin Talitha Kum, mengatakan, sekitar 1.100 biarawati tengah melakukan penyamaran demi memerangi praktek perdagangan manusia di sekitar 80 negara. Saat ini, ujar Studzinski, permintaan untuk memerangi perdagangan dan perbudakan meningkat secara global.

Talitha Kum yang didirikan pada tahun 2004 memperkirakan satu persen dari populasi dunia sedang diperdagangkan dalam berbagai bentuk dan cara. Satu persen itu diperkirakan sekitar 73 juta orang. Dari jumlah itu, 70 persen adalah perempuan, dan separuhnya berusia 16 tahun bahkan lebih muda.

"Saya tidak mencoba untuk mencari sensasi, tapi saya mencoba untuk menggarisbawahi fakta bahwa dunia telah kehilangan kepolosan ... di mana kekuatan gelap bergerak aktif," kata Studzinski, Wakil ketua bank investasi AS The Blackstone Group, sebagaimana dilansir dari laman Huffington Post, 20 November.

"Ini adalah masalah yang disebabkan oleh kemiskinan dan kesetaraan, tapi sesungguhnya melampaui itu," katanya saat menghadiri acara Konferensi Perserikatan Wanita untuk hak dan perdagangan perempuan yang diselenggarakan oleh Thomson Reuters Foundation.

Memerinci beberapa kasus yang melibatkan perdagangan dan perbudakan, Studzinski mengatakan penderitaan beberapa korban sangat mengerikan. Dia mengisahkan bagaimana seorang wanita yang diperbudak sebagai pelacur dikunci selama seminggu tanpa makanan, kemudian dipaksa makan kotoran sendiri ketika ia gagal berhubungan seks dengan kliennya. Wanita ini ditargetkan untuk melayani 12 klien per hari.

Dalam kasus ekstrem yang lain, seorang wanita dipaksa untuk berhubungan seks dengan 10 orang pada saat yang sama.

Studzinski mengatakan, para biarawati yang pergi ke semua tempat untuk menyelamatkan wanita, sering berpakaian seperti pelacur dan berada di jalanan untuk mengintegrasikan diri ke rumah bordil.

"Suster-suster ini tidak mempercayai siapapun. Mereka tidak percaya pemerintah, mereka tidak percaya perusahaan, dan mereka tidak percaya polisi setempat. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan tidak bisa mempercayai pendeta laki-laki," katanya.

Para suster ini pun lebih fokus pada pelayanan mereka ketimbang mempromosikan agama. Para suster dikatakan aktif dalam usaha menyelamatkan anak-anak yang dijual sebagai budak oleh orang tua, menyiapkan jaringan rumah di Afrika, Filipina, Brasil, dan India untuk melindungi anak-anak tersebut. Para biarawati ini juga mengumpulkan uang mereka sendiri untuk membeli anak-anak ini.

HUFFINGTON POST | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

4 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

Artefak dan barang antik yang dicuri oleh beberapa orang dan dibawa ke Amerika Serikat telah dikembalikan ke Indonesia. Apa itu artefak?

Baca Selengkapnya

MUI Minta Polisi Usut Tuntas Kasus Anak Asal Sumbar yang Dibuang Muncikari di Tol Ancol

25 Februari 2024

MUI Minta Polisi Usut Tuntas Kasus Anak Asal Sumbar yang Dibuang Muncikari di Tol Ancol

MUI minta kepolisian untuk menangkap dan membongkar kasus perdagangan orang ini secepatnya sampai ke akar-akarnya.

Baca Selengkapnya

Imigrasi Soekarno-Hatta Tangkap 4 WNA Pengguna Paspor Palsu, Diduga Jaringan Penyelundupan Manusia

20 Februari 2024

Imigrasi Soekarno-Hatta Tangkap 4 WNA Pengguna Paspor Palsu, Diduga Jaringan Penyelundupan Manusia

Imigrasi Soekarno-Hatta mendapati 4 WNA berkewarganegaraan Irak, Suriah, dan Sudan tersebut memiliki tujuan dan motif yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Ada 11 Anak-anak tanpa Pendamping dalam Pesawat yang Dilarang Terbang di Prancis

24 Desember 2023

Ada 11 Anak-anak tanpa Pendamping dalam Pesawat yang Dilarang Terbang di Prancis

Sebelas anak di bawah umur tanpa pendamping termasuk di antara 303 penumpang asal India di pesawat yang dilarang terbang di Prancis atas dugaan TPPO.

Baca Selengkapnya

Prancis Larang Pesawat Pembawa 300 Warga India atas Dugaan Perdagangan Manusia

23 Desember 2023

Prancis Larang Pesawat Pembawa 300 Warga India atas Dugaan Perdagangan Manusia

Sebuah pesawat tujuan Nikaragua yang membawa lebih dari 300 penumpang asal India telah dilarang terbang di Prancis atas dugaan "perdagangan manusia"

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Bicara Empat Mata dengan Ketua UNHCR Soal Isu Rohingya di Aceh

13 Desember 2023

Menlu Retno Bicara Empat Mata dengan Ketua UNHCR Soal Isu Rohingya di Aceh

Menlu Retno menyampaikan bahwa UNHCR akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya di Aceh.

Baca Selengkapnya

Kasus Prostitusi Online Mami Icha, Polisi Selidiki Dugaan Pemalsuan Registrasi Nomor Telepon Korban

4 Oktober 2023

Kasus Prostitusi Online Mami Icha, Polisi Selidiki Dugaan Pemalsuan Registrasi Nomor Telepon Korban

Keterangan 21 anak korban prostitusi online Mami Icha diperlukan untuk menguak lebih dalam dugaan tindak pidana yang terjadi.

Baca Selengkapnya

Banyak Warganya Jadi Tentara Bayaran Rusia, Kuba: Itu Perdagangan Manusia

15 September 2023

Banyak Warganya Jadi Tentara Bayaran Rusia, Kuba: Itu Perdagangan Manusia

Kuba mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang bertentangan mengenai penggunaan warganya sebagai tentara bayaran dalam perang Ukraina.

Baca Selengkapnya

Kuba Ungkap Perdagangan Manusia untuk Perang Rusia Ukraina

5 September 2023

Kuba Ungkap Perdagangan Manusia untuk Perang Rusia Ukraina

PM Italia Giorgia Meloni Buat Aliansi untuk Atasi Masalah Imigran

24 Juli 2023

PM Italia Giorgia Meloni Buat Aliansi untuk Atasi Masalah Imigran

Dipimpin Perdana Menteri Italia, negara-negara dari Mediterania, Timur Tengah, dan Afrika pada Minggu menyepakati langkah-langkah untuk mencoba memperlambat alur imigran.

Baca Selengkapnya