TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Polisi Malaysia memeriksa mantan perdana menteri Mahathir Mohamad pada Jumat, 6 November 2015, atas aksinya menyeru agar Perdana Menteri Najib Razak mundur karena skandal keuangan.
Mahathir, pemimpin terlama Malaysia, adalah tokoh yang sangat dihormati dan berpengaruh. Mahathir merupakan pengkritik paling sengit terhadap Najib dalam skandal korupsi 1Malaysia Pengembangan Berhad (1MDB).
Sebelumnya, pada Juli lalu, Wall Street Journal melaporkan bahwa peneliti menemukan uang sekitar US$ 700 juta yang telah ditransfer ke rekening pribadi Najib. Namun Najib membantah melakukan kesalahan atau mengambil uang untuk kepentingan pribadi. Uang itu, menurut lembaga antikorupsi negara, merupakan sumbangan politik dari dermawan tak dikenal di Timur Tengah.
Tapi Mahathir, 90 tahun, tidak menyerah. Pada akhir Agustus lalu, ia bahkan membuat penampilan mengejutkan dalam aksi protes anti-pemerintah di Kuala Lumpur dan menyerukan gerakan kekuatan rakyat untuk menggulingkan Najib.
Kepala polisi Khalid Abu Bakar mengatakan setelah aksi itulah polisi akan meminta keterangan Mahathir terkait dengan komentarnya. Dan pada Jumat, mereka mengunjungi kantornya untuk melakukan penyelidikan.
Berita tentang kedatangan polisi ke kantor Mahathir, seperti dilansir di laman Trust.org, pertama kali disampaikan ajudan Mahathir, Sufi Yusof. Sayang, Yusof menolak memberikan rincian pertemuan atau mengatakan apa yang menjadi pusat pertanyaan polisi tersebut.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.