Sejumlah tentara Irak berlindung disamping kendaraan perangnya saat bentrok dengan Negara Islam (ISIS) di Tikrit, Irak, 30 Maret 2015. Setidaknya ISIS telah melakukan empat serangan bom bunuh diri. AP/Khalid Mohammed
TEMPO.CO, London - Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair akhirnya meminta maaf atas keikutsertaan Inggris dalam invasi Irak pada 2003. Meski invasi yang dilakukan bersama dengan Amerika Serikat itu berhasil menggulingkan Presiden Saddam Hussein, Irak hingga kini masih bergelimang konflik.
Hal ini disampaikan Blair dalam wawancara dengan pembawa acara CNN, Fareed Zakaria, pada Minggu, 25 Oktober 2015. “Saya meminta maaf karena data intelijen yang kami gunakan ternyata salah. Walaupun dia sering menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri, program senjata pemusnah massal itu tidak ada,” kata Blair.
Pernyataan Blair merujuk pada laporan intelijen yang menyebutkan Saddam memiliki senjata pemusnah massal, yang menjadi dasar serangan AS dan Inggris ke negara itu. Namun belakangan diketahui laporan intelijen itu salah. Tapi invasi telanjur dilakukan, pemerintah Saddam hancur, dan ia dieksekusi pada Idul Adha 2006.
Lengsernya Saddam tidak kunjung membuat Irak damai. Peperangan demi peperangan terjadi di negara itu. Salah satunya adalah konflik sektarian yang memakan banyak korban jiwa. Berbagai kelompok militan muncul, contohnya Al-Qaeda dan belakangan ISIS. Puluhan ribu warga sipil Irak, lebih dari 4.000 tentara AS, dan 179 personel militer Inggris terbunuh dalam operasi di Irak.
Blair mengaku tidak tahu dampak invasi itu akan sangat parah dan berkepanjangan. “Saya meminta maaf atas kesalahan dalam perencanaan dan pemahaman tentang apa yang akan terjadi setelah kami menggulingkan rezim Irak.”
Blair kepada Zakaria mengaku sadar kesalahan mereka dalam perang Irak telah membangkitkan ISIS, yang kebanyakan petingginya adalah veteran perang Irak atau anggota milisi negara itu yang menentang invasi AS.
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
19 jam lalu
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
4 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.