Monyet Bersin dan Ikan Berjalan Bikin Heboh Ilmuwan

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Kamis, 8 Oktober 2015 07:11 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, Bhutan - Seekor monyet yang bersin saat musim penghujan dan ikan yang dapat berjalan telah ditemukan di antara lebih dari 200 spesies baru di Himalaya timur dalam beberapa tahun terakhir, demikian menurut kelompok konservasi WWF. WWF telah mensurvei satwa liar yang ditemukan para ilmuwan di seluruh Bhutan, timur laut India, Nepal, utara Myanmar dan selatan Tibet, dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman dihadapi wilayah sensitif tersebut.

Sebagaimana dilaporkan Japan Times, Rabu, 7 Oktober, spesies yang digambarkan WWF dalam temuannya termasuk "ikan kepala ular yang dapat berjalan", bisa bertahan di darat selama empat hari dan meluncur hingga 400 meter di atas tanah basah. Spesies lainnya dalam itu termasuk ular berbisa dengan hiasan bintik merah-kuning-oranye, ikan 'drakula' air tawar, serta ikan dengan taring dan tiga jenis baru pisang.

BERITA MENARIK
Ooops, Ini Anak Kerbau tapi Berbadan Buaya
Robot Kecil Ini Bisa untuk Menelepon dan Menyetop Taksi

Di hutan sekitar wilayah utara Myanmar, para ilmuwan mempelajari bahwa sejak 2010 monyet hitam-putih dengan hidung terbalik acap kali mengeluarkan bersin saat musim hujan. Pada hari-hari hujan, menurut ilmuwan, monyet-monyet tersebut dikatakan sering duduk dengan kepala yang terselip di antara lutut-lutut mereka untuk menghindari air menyelusup ke hidung peseknya.

Dari 211 spesies baru yang ditemukan antara 2009 hingga 2014, termasuk 133 tumbuhan salah satunya anggrek; 26 jenis ikan; 10 amfibi; 39 invertebrata; satu reptil; satu burung; dan mamalia. Dipankar Ghose, Direktur WWF untuk spesies dan lanskap di India, menggambarkan daerahnya sebagai "rumah harta unik" yang belum sepenuhnya dieksplorasi oleh para ilmuwan.

WWF juga mengatakan wilayah di sekitar Pegunungan Everest, yang kasar dengan hutan luas, sungai dilindungi oleh pegunungan, spesis-spesies telah berevolusi dan bertahan tanpa diketahui selama berabad-abad. "Beberapa (spesies) begitu unik dan kharismatik sehingga para ilmuwan sering bingung bagaimana untuk mengklasifikasikan mereka," kata laporan itu, yang dirilis minggu ini.

BACA JUGA
G30S 1965: Terungkap, Kedekatan Soeharto dan Letkol Untung
G30S 1965: Rupanya Soeharto yang Tempatkan Letkol Untung


Tapi WWF memperingatkan serangkaian ancaman ke wilayah itu, termasuk pertumbuhan penduduk, deforestasi, penggembalaan, perburuan, pertambangan, dan pembangunan pembangkit listrik tenaga air. Hanya 25 persen dari habitat asli dilaporkan tetap utuh, dan ratusan spesies dianggap terancam.

"Tantangannya adalah untuk melestarikan ekosistem kita yang terancam sebelum spesies ini, dan lain-lainnya yang belum diketahui, atau hilang," kata Sami Tornikoski, yang mengepalai lembaga WWF, Inisiatif Hidup Himalaya. Laporan itu menyerukan pembangunan berkelanjutan, mengurangi kebutuhan PLTA dan bantuan pemerintah bagi masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim.

Ghose mendesak pendekatan menyeluruh pemerintah dan menekankan perlunya keterlibatan pemerintah di seluruh wilayah untuk bekerja sama mencapai keseimbangan antara pembangunan dan konservasi. Departemen Kehutanan saja, misalnya, tidak dapat menangani hal ini karena dibutuhkan koordinasi di beberapa bidang pemerintahan. "Negara-negara juga perlu bekerja sama melindungi keanekaragaman hayati yang sangat besar."

Sementara itu Menteri Pertanian dan Kehutanan Bhutan, Yeshey Dorji, memperingatkan bahwa dampak perubahan iklim, dengan peningkatan suhu memukul keras Pegunungan Himalaya, yang menurut dia, adalah garis hidup bagi jutaan orang dan aset yang sangat penting untuk ekonomi negara-negara yang berada di wilayah tersebut.

JAPAN TIMES | MECHOS DE LAROCHA

Simak Pula
Habis Bergoyang, Happy Salma Gak Mau Nanggung, Lho
Pevita Pearce Jadi Jatuh Cinta Kalau Mainnya Sama Chico

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

4 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

7 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

7 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

8 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

10 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

11 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

16 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

16 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya