Di Negara Bagian Amerika Ini, Toilet Masih Menjadi Impian

Reporter

Senin, 21 September 2015 20:11 WIB

Toilet baru bagi kepala negara, toilet dilengkapi dengan lantai dan dinding marmer travertin. Pemerintah mempersiapkan anggaran Rp 2,3 miliar yang berasal dari CSR Bank bjb. Bandung, 20 April 2015. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Alaska - Bila berkunjung ke Alaska, ada baiknya Anda bawa bekal air minum kemasan dalam jumlah banyak. Sebab, di Alaska bukan hanya minim suplai air minum, tapi juga minim saluran pembuangan kotoran manusia atau toilet.

Di negara bagian Amerika Serikat ini, saluran air bersih dan saluran pembuangan akhir kotoran manusia atau toilet masih menjadi impian bagi warganya. Sayangnya, hingga kini, impian itu belum juga dapat terwujud.

Untuk mendapatkan air, baik untuk dikonsumsi maupun keperluan aktivitas lain, warga Alaska mengandalkan air hujan, air sungai, salju, es, dan sumber air umum yang biasa disebut washeteria.

Untuk membuang hajat, karena belum ada fasilitas toilet modern dan saluran air, warga masih mengandalkan toilet umum. Toilet umum yang biasa disebut sebagai honey basket ini sifatnya manual: kotoran tidak disiram air tapi diambil kemudian dibuang ke tempat sampah. Sayangnya, sampah kotoran manusia ini diperlakukan sama dengan sampah atau limbah rumah tangga lain.

Lebih parahnya lagi, saat pengangkutan sampah menuju tempat pembuangan akhir, tak jarang sampah-sampah ini ada yang tercecer di jalanan. "Ini sangat-sangat kotor dan tidak sehat," ujar Paul Dock, warga Alaska. "Bahkan ada saja orang yang tak sengaja menginjaknya (saat sedang berjalan)."

Lalu apa sebabnya di negara bagian Amerika Serikat ini belum tersedia toilet modern? Rupanya, Negara Bagian Alaska tengah mengalami krisis keuangan. Pemerintah negara bagian ini terpaksa harus mengencangkan ikat pinggang untuk berhemat, sehingga anggaran untuk membangun saluran air dan sarana kakus layak pun terpaksa ditiadakan.

Biaya yang dibutuhkan untuk membuat fasilitas toilet modern dan saluran air bersih sangatlah mahal. Diperlukan biaya mulai US$ 200 ribu hingga US$ 400 ribu untuk membangun fasilitas toilet modern dan saluran air bersih, dan itu hanya untuk satu rumah warga. "Itu jelas sangat mahal," ujar Dock.

Saat ini hanya sekolah dan perumahan para guru saja yang memiliki fasilitas saluran air dan toilet modern.

ABCNEWS | LUCIANA





Advertising
Advertising

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

2 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

2 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

2 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

2 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya